A. PENDAHULUAN
Bahasa adalah sebuah hal yang ‘sederhana’ karena selalu digunakan oleh setiap manusia untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Namun dari hal yang ‘sederhana’ itu, membuat kita sedikit berfikir bahwa bahasa menupakan hal yang urgent dalam kehidupan. Hal ini disebabkan karena tanpa adanya bahasa itu, orang lain tidak akan dapat mengerti yang kita maksudkan.
Ilmu bahasa atau yang sering disebut dengan linguistik merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang segala hal tentang kebahasaan yang ada. Terkait dengan cabang linguistik dalam bahasa Indonesia, kita mengenal dari fonologi (linguistik yang lebih mengerucut pada bunyinya), semantik (linguistik yang lebih lekat dengan pemaknaannya), leksikologi (ilmu leksikon), sintaksis (tata susunan kata), dan morfologi (linguistik yang mengkaji lebih dalam tentang bentuk kata dan pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata).
Tidak seperti dalam bahasa Inggris, bahasa Indonesia dikatakan lebih rumit[1] daripada bahasa internasional tersebut. Morfologi, seperti yang telah dijelaskan pada alinea sebelumnya, bahwa cabang ilmu ini mengulas lebih dalam tentang bentuk kata serta pengaruh perubahan tersebut. Hal ini sangatlah penting untuk diulas terutama oleh para pembelajar bahasa karena dalam pembentukan kata tersebut mengandung beberapa unsur yang digunakan secara ‘unik’ dan juga penggunaan dalam suatu konteks. Morfologi berusaha menjelaskan bagaimana proses hubungan antara unsur-unsur yang digunakan. Dengan adanya hubungan antarunsur itu, terjadi pula parubahan-perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk itu membawa perubahan fungsi dan maknanya. Morfologi menjelaskan semua itu.
B. KAJIAN TEORI
1. Teori Kelas Kata
Dalam deskripsi dan studi gramatika tradisi Eropa, sistem kelas kata menempati posisi penting sejak ilmu bahasa mulai dikembangkan. Sebagai peletak dasar sistem kelas kata, Aristoteles dalam karyanya Aristoteles Peri Hermeneias (abad ke-4 SM) menyatakan bahwa kelas kata menjadi pokok pembahasan tentang bahasa.
Penyelidikan mengenai kelas kata dalam bahasa Indonesia tidak dapat mengabaikan uraian yang telah diberikan dalam buku maupun karangan dengan karangan mengenai kelas kata dalam bahasa Melayu dan Indonesia.
Menurut Harimurti Kridalaksana[2] (1990: 49-119) pembagian kelas kata dalam bahasa Indonesia meliputi:
a. Verba
Sebuah kata yang dapat dikatakan berkategori verba hanya dari perilakunya dalam frase yaitu dalam hal kemungkinannya satuan itu didampingi partikel dalam konstruksi dan dalam hal tidak dapat didampinginya satuan itu dengan partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih atau agak.
Berdasarkan bentuk, verba dibedakan menjadi :
1). Verba dasar bebas, yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas
2). Verba turunan, yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai verba berafiks, verba bereduplikasi, verba berproses gabung, dan paduan leksem verbal.
b. Adjektiva
Adjektiva yaitu kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk
1) bergabung dengan partikel tidak
2) mendampiongi nomina, atau
3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak,
4) mempunyai ciri morfologis seperti –er, -if,-i, atau
5) dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an.
Dari bentuknya dapat dibedakan menjadi:
1) adjektiva dasar
2) adjektiva turunan
3) adjektiva paduan leksem
c. Nomina
Nomina yaitu kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensial untuk
1) bergabung dengan partikel tidak,
2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari.
Nomina berbentuk :
1) nomina dasar
2) nomina turunan
3) nomina paduan leksem
4) nomina paduan leksem gabungan
d. Pronomina
Pronomina yaitu kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina.
e. Numeralia
Numeralia yaitu kategori yang dapat
1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaksis,
2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan
3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.
f. Adverbia
Adverbia yaitu kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam konstruksi sintaksis.
g. Interogativa
Interogativa adalah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan apa yang telah diketahui pembicara.
h. Demonstrativa
Demonstrativa yaitu kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana.
i. Artikula
Artikula yaitu kategori yang mendampingi nomina dasar, nomina deverbal, pronomina, dan verba pasif.
j. Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif.
k. Konjungsi
Konjungsi yaitu kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi.
l. Kategori Fatis
Kategori Fatis yaitu kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara.
m. Interjeksi
Interjeksi yaitu kategori yang bertugas mengungkapkan perasaaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran.
n. Pertindihan Kelas
Sedangkan menurut Gorys Keraf (Sulchan Yasin, 1987: 194-268) kelas-kelas kata dibagi menjadi :
a. Kata Benda (Nomina)
Adalah nama benda atau segala yang dibendakan.
b. Kata Kerja (Verba)
Adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku.
c. Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda atau sesuatu yang dibendakan.
d. Kata Ganti (Pronomina)
Adalah segala kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau kata yang dibendakan.
e. Kata Bilangan (Numeralia)
Adalah kata yang menyatakan jumlah sutu benda, jumlah kumpulan, atau menunjukkan urutan tampat suatu benda dalam deretan nama-nama benda yang lain.
f. Kata Keterangan (Adverbia)
Adalah kata yang menerangkan kata bukan kata benda.
g. Kata Sambung (Conjungtio)
Adalah kata yang menghubungkan kata dengan kata yang lain, menghubungkan bagian kalimat dengan bagian kalimat yang lain, dan menghubungkan kalimat dengan kalimat.
h. Kata Depan ( Preposisi)
Adalah kata yang merangkaikan kata-kata yang berbeda jabatannya atau bagian-bagian kalimat dalam suatu kalimat.
i. Kata Sandang (Artikula/ Artikel)
Adalah kata yang menentukan kata benda atau membatasi kata benda.
j. Kata Seru (Interjectio)
Adalah kata yang mengungkapkan semua perasaan atau maksud seseorang dalam bentuk semacam kalimat sempurna.
2. Teori Morfologis tentang Bentuk Tunggal dan Kompleks
Menurut Ramlan :
Bentuk tunggal adalah satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi.
Contoh : ber-, sepeda, ke, luar, kota, ia, meN-, beli, dan ban
Sedangkan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi disebut bentuk kompleks.
Contoh : bersepeda, bersepeda ke luar kota, ia membeli sepeda baru.
3. Teori Morfologis tentang Afiksasi : Bentuk dan Makna
a. Bambang Yudi Cahyono
Afiksasi adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (disebut juga imbuhan).
Macam-macamnya :
1) Pembubuhan depan (prefiks atau awalan)
Contoh : ber-, di-, me-.
2) Pembubuhan akhir (sufiks atau akhiran)
Contoh : –kan, -i, -an, -wan.
3) Pembubuhan tengah (infiks atau sisipan)
Contoh : –el-, -in-.
4) Pembubuhan terbelah (konfiks)
Contoh : ke-an, ber-an, per-an.
5) Tambahan :
a). Simulfiks, yaitu afiks yang tidak berbentuk suku kata dan ditambahkan atau dileburkan pada kata dasar (pungutan dari bahasa Jawa).
Contohnya : [n] pada ngopi dan ngecap.
b). Suprafiks, yaitu afiks yang berupa fonem suprasegmental. Contohnya dalam bahasa Batak Toba e’sora ® jernih, asora ® macam.
b. Ramlan
Afiksasi[3] adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan bubuhan. Atau suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsutr yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau kelompok kata baru. Morfem ku-, -mu, -nya, kau, dan –isme bukan merupakan afiks melainkan golongan klitik, karena morfem-morfem tersebut memiliki arti leksikal sedang afiks tidak.
Macam-macamnya :
a) Afiks : melekat di depan bentuk dasar
b) Infiks : melekat di lajur tengah bentuk dasar
c) Sufiks : melekata di belakang bentuk dasar
d) Simulfiks atau afiks terpisah : afiks yang terletak di muka bentuk dasar dan sebagian di belakangnya (secara bersama-sama).
e) Afiks dari bahasa asing
Contoh : pra-, a-, -wan, -wati, -is, -man, dan –wi.
c. Soeparno
Menurut Soeparno (1993: 76) afiksasi adalah prosede pembentukan kompleks dengan cara penambahan afiks pada bentuk dasar.
Macam-macamnya : prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks.
d. Hasan Alwi
Menurut Hasan Alwi (2003 :31-32), afiks yaitu bentuk (morfrem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata (disebut juga imbuan).
Afiks dibagi atas :
1) awalan atau prefiks : afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar.
2) akhiran atau sufiks : afiks yang ditempatkan di bagian belakang suatu kata dasar.
3) sisipan atau infiks : afiks yang diselipkan di tengah suatu kata dasar.
4) konfiks : gabungan prefiks dan infiks.
Dikenal pula afiks homofon : afiks yang wujud atau bunyinya sama tapi merupakan dua morfem atau lebih yang berbeda.
4. Teori Morfologis tentang Reduplikasi : Bentuk dan Makna
Menurut Ramlan (1987: ) redulikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan digolongkan menjadi:
a. Pengulangan seluruh, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.
b. Pengulangan sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
c. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, yaitu pengulangan seluruh bentuk dasar dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama mendukung satu fungsi.
d. Pengulangan dengan perubahan fonem, meliputi perubahan fonem vokal dan perubahan fonem konsonan.
Proses pengulangan menyatakan makna yaitu:
a. Menyatakan ‘banyak’, berkaitan dengan bentuk dasar.
b. Menyatakan ‘banyak’, tidak berhubungan dengan bentuk dasar melainkan berhubungan dengan kata yang ‘diterangkan’.
c. Menyatakan ‘tak bersyarat’.
d. Menyatakan ‘yang menyerupai apa yang tersebut pada bentuk dasar’.
e. Menyatakan ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar yang dilakukan berulang-ulang’.
f. Menyatakan ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasarnya dilakukan dengan enaknya, dengan santainya, atau dengan senangnya’.
g. Menyatakan ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh dua pihak dan saling mengenai’.
h. Menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’.
i. Menyatakan ‘agak’.
j. Menyatakan ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai, dalam hal ini pengulangan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks se-nya’.
k. Tidak mengubah arti bentuk dasarnya tetapi hanya menyatakan intensitas perasaan.
5. Teori Morfologis tentang Kata Majemuk : Bentuk dan Makna
a Verhaar
Menurut Verhaar (1978 : ) komposisi disebut kata majemuk jika hubungan kedua unsurnya tidak bersifat sintaktis.
b Kridalaksana
Menurut Kridalaksana (1985: ) kata majemuk harus berstatus kata ; kata majemuk harus dibedakan dari idiom. Idiom adalah konsep semantis.
Kelompok linguis lain yang berpihak pada tata bahasa menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk jika diantara unsur-unsur pembentuknya dapat disisipkan apa-apa tanpa merusak komposisi itu. Sedangkan kelompok linguis lain menyatakan sebuah komposisi adalah kata majemuk jika identitas leksikal komposisi itu sudah berubah dari identitas leksikal unsur-unsurnya.
6. Teori Morfologis tentang Penentuan Morfem, Morf, dan Alomorf
a. Sulchan Yasin
Menurut Sulchan Yasin (1987 : 30) morfem adalah kesatuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya. Macam-macamnya:
1) Morfem bebas
2) Morfem terikat
3) Morfem setengah bebas
Sebuah morfem dapat dibentuk hanya dengan sebuah kata. Sebuah kata mungkin dibentuk oleh satu morfem, dua morfem, atau lebih. Kedudukan morfem tidak selalu sama dengan kata.
Alomorf ialah varian morfem atau variasi bentuk. Variasi bentuk itu terjadi karena terjadinya proses fonologis (perubahan bunyi). Alomorf muncul ketika terjadi tautan antara afiks dengan morfem bebas atau morfem setengah bebas.
b. Ramlan
Menurut Ramlan (1987: 32-34) morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, atau satuan gramatik yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Ada pula morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik, contohnya morfem meN- mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- itu masing-masing disebut morf yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Morfem meN- mempunyai morf-morf mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me- sebagai alomorfnya.
7. Teori Morfologis tentang Gejala Morfofonologi
a. M. Ramlan
Dalam buku Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif, Ramlan menyebut morfofonologi sebagai morfofonemik. Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1987: 83).
Ramlan mengemukakan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfofonemis yaitu :
1) Proses perubahan fonem
Proses perubahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, ñ, ŋ/
2) Proses penambahan fonem
Proses penambahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri atas satu suku.
3) Proses hilangnya fonem
Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/, mengakibatkan fonem /N/ hilang.
Pertemuan morfem ber-, per-, dan ter- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /¶r/, mengakibatkan fonem /r/ hilang.
Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem /p, t, s, k/, mengakibatkan fonem-fonem itu hilang.
b. Samsuri
Samsuri (1981: 201) menyatakan bahwa morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
Menurut Samsuri, morfofonemik digolongkaan menjadi enam jenis yaitu asimilasi, disimilasi, metatesis, penambahan, pengguguran, dan peloncatan.
1) Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan nasal menjadi nasal sealat yang mengikutinya. Misalnya, perubahan-perubahan fonem nasal yang berujud /m/ di depan fonem /b/, /n/ di depan fonem /d/, /n/ di depan fonem /j/, dan /n/ di depan fonem /g/.
2) Disimilasi
Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Misalnya, fonem /m/ tidak diikuti /p/ melainkan /t/, fonem /n/ tidak diikuti oleh /t/ melainkan /p/ dst.
3) Metatesis
Pembalikan susunan fonem-fonem suatu morfem terjadi bila morfem mengadakan kombinasi atau urutan dengan morfem yang lain. Misalnya :
4) Penambahan fonem
Penambahan fonem jika suatu morfem berhubungan dengan morfem yang lain.
5) Pengguguran fonem
Pengguguran fonem jika suatu morfem berhubungan dengan morfem yang lain.
6) Perubahan fonem-fonem prosodi atau peloncatan
Perubahan ini terjadi pada susunan fonem-fonem prosodi yang disebabkan oleh hubungan morfem yang satu dengan yang lain. Perubahan ini dipengaruhi oleh peloncatan tekanan, nada dan panjang.
C. ANALISIS MORFOLOGIS
1. Kelas Kata
Kelas kata dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi:
a. Verba (Kata Kerja)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata verba yaitu:
ada ditutup mendapatkan riak-riak
adalah duga menentramkan siap
bangun harapkan menerima siap-siap
bangunkan idamkan menerus tahajjud
belajar impikan mengarang tahu
berangsur inginkan mengatakan terbiasa
berarti katakan mengetahui terjadi
berasal katakanlah mengganggu terlanjur
berbeda-bedakemari menggunakan termasuk
berbuat kesana menghadapi ternyata
bergelut lahir mengkondisikan tersebut
berkenaan lakukan mengomentari tersinggung
berlangsung makannya mengorok terus
bermaksud melihat mengumpulkan tidur
bersalah memahami mengurai tindak
bertabiat memalingkan menikah tolonglah
bicara mematikan menjadi usah
bilang membalas mensosialisasikan datang membangun menutup dibayangkan membayangkan menyangka didiskusikan memberitahukan menyarankan
dipikirkan membesar menyatakan diharapkan membina menyesal dijernihkan membuat
merasa dilaksanakan memiliki meremehkan
dilakukan meminimalkan merusak dipakai
meminum muncul diselesaikan memperbanyak ngorok disepakati mempersiapkan pertengkaran
disisi mempunyai punya
b. Nomina (Kata Benda)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata nomina yaitu:
Allah jam kran pesan
anak-anak jamu luar potensi
aturan jenis makanan proses
aturan-aturan kadar manajemen rumah
badan keadaan masalah sahabat
bau-bauan keberadaan masalahnya sakinah
contoh keberatan-keberatan muka
sebagai dada kebiasaan nilai
secuplik dampaknya keinginan nilai-nilai
selaras dasarnya keluarga nilainya
sikap desa kemarahan orang
suami dirinya kesalahan pancuran
suaminya esensi kesempatan pasangan
suara gelombangnya kesiapan pendiam
suatu hal ketahanan perasaan
tangga harapan keterampilan peraturan
tata hidupnya keterbukaan perbedaan
tindakan input-input ketertutupan pernikahan
ungkapan isteri konflik pertempuran
c. Adjektiva (Kata Sifat)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Adjektiva yaitu:
baik cukup kaku sama
banyak diam keras salah
bau diri maaf senang
benci dongkol malu suka
berani harus marah sungguh
berlangsung hidup mudah tentunya
berlapang ikhlas nanti tua
besar indah niat umumnya
biasa ingin rapi
bijaksana jarang reda
cerewet jelas rendah
cocok jujur salah
d. Pronomina (Kata Ganti)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tanga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Pronomina yaitu:
aku masing-masing
dia mereka
kami saya
kita
e. Numeralia (Kata Bilangan)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Numeralia yaitu:
satu setiap
sebuah tiga
semua
f. Adverbia (Kata Keterangan)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Adverbia yaitu:
akan lumayan sekaligus telah
akhirnya malah selalu terlalu
amat memang semakin tiba-tiba
boleh minimal semestinya tidak
bukan mungkin semuanya
dalam pernah sendiri
dapat pula sering
justru saling setelah
lain sangat seterusnya
lanjut sebaliknya sudah
lazim sebetulnya bak
lebih sekali tanpa
g. Konjungsi (Kata Penghubung)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata konjungsi yaitu:
agar buat karena padahal
andai dan ketika saja
antara demikian lalu sebab
apabila jadi maka sedang
atau jangan makin sedangkan
atupun juga namun sehingga
begitulah kalau padahal
h. Preposisi (Kata Depan)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata preposisi yaitu:
bagi di
bahwa kepada
bersama oleh
dari pada
dengan seperti
i. Artikula (Kata Sandang)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Adverbia yaitu:
mas papa
pak si
j. Interjeksi (Kata Seru)
Dari data yang diambil dari bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” tidak ada kata-kata yang dapat digolongkan ke dalam kelas kata Adverbia.
2. Bentuk Tunggal dan Kompleks
Berdasarkan pengertian yang diberikan Ramlan (Ramlan 1987:28) tentang bentuk tunggal dan kompleks maka berikut ini kata-kata yang termasuk dalam bentuk tunggal dan kompleks berdasarkan data yang telah diberikan (data terlampir).
Bentuk Tunggal | |||||
ada agar akibat akan aku allah amat andai antara apa apabila atau badan bagaimana bagi bahwa baik bangun banyak bau begitu belajar benci berani besar biasa bicara bijaksana bila bilang bisa boleh buat bukan cerewet cocok contoh | cukup dada dalam dan dapat dari datang demikian dengan desa di dia diam diri dongkol duga dulu enggak esensi hal harapan harus hidup ikhlas indah ingin ini insya isteri itu jadi jam jamu jangan jarang jelas jenis | juga jujur justru kadar kaku kalau kami karena keluarga kemari kenapa kepada keras ketika kita konflik kran lahir lain lalu lanjut lazim lebih luar lumayan maaf maka makanan makin malah malu manajemen marah mas masalah memang mereka | minimal mudah muka muncul mungkin namun nanti ngorok niat nilai nurut oleh orang pada padahal pak papa pernah pertama pesan potensi proses pula punya rapi reda rendah rumah sahabat saja sakinah salah saling sama sangat satu saya | sebab sebagai sedang sedikit sehingga sekali selalu semua senang sendiri seperti sering setiap si siap sikap suami suara suatu sudah suku sungguh tahajjud tahu tangga tanpa tata tatkala telah tentang terlalu terus tidak tidur tiga tidak toh | tua untuk usah ya yaitu |
Bentuk kompleks dibedakan menjadi bentuk kompleks yang disebabkan oleh afiksasi, partikel, dan reduplikasi.
3. Afiksasi : Bentuk dan Makna
a. Afiksasi
1) Prefiks ber-
ber- + angsur Þ berangsur
ber- + arti Þ berarti
ber- + asal Þ berasal
ber- + buat Þ berbuat
ber- + gelut Þ bergelut
ber- + langsung Þ berlangsung
ber- + lapang Þ berlapang
ber- + maksud Þ bermaksud
ber- + salah Þ bersalah
ber- + sama Þ bersama
ber- + tabiat Þ bertabiat
2) Prefiks di-
di- + banding Þ dibanding
di- + pakai Þ dipakai
di- + sisi Þ disisi
di- + tutup Þ ditutup
3) Prefiks meN-
meN- + lihat Þ melihat
meN- + balas Þ membalas
meN- + bangun Þ membangun
meN- + bina Þ membina
meN- + buat Þ membuat
meN- + minum Þ meminum
meN- + terima Þ menerima
meN- + terus Þ menerus
meN- + karang Þ mengarang
meN- + ganggu Þ menggangu
meN- + ngorok Þ mengorok
meN- + nikah Þ menikah
meN- + jadi Þ menjadi
meN- + tutup Þ menutup
meN- + sangka Þ menyangka
meN- + sesal Þ menyesal
meN- + rasa Þ merasa
meN- + rusak Þ merusak
4) Prefiks peN-
peN- + luang Þ peluang
peN- + diam Þ pendiam
5) Prefiks se-
se- + buah Þ sebuah
se- + cantik Þ secantik
se- + cuplik Þ secuplik
se- + gampang Þ segampang
se- + gesit Þ segesit
se- + ideal Þ seidel
se- + laras Þ selaras
6) Prefiks ter-
ter- + biasa Þ terbiasa
ter- + hadap Þ terhadap
ter- + jadi Þ terjadi
ter- + lanjur Þ terlanjur
ter- + masuk Þ termasuk
ter- + nyata Þ ternyata
ter- + sebut Þ tersebut
ter- + singgung Þ tersinggung
7) Sufiks –nya
ada + -nya Þ adanya
akhir + -nya Þ akhirnya
dampak + -nya Þ dampaknya
dasar + -nya Þ dasarnya
diri + -nya Þ dirinya
makan + -nya Þ makannya
masalah + -nya Þ masalahnya
nilai + -nya Þ nilainya
perlu + -nya Þ perlunya
semua + -nya Þ semuanya
suami + -nya Þ suaminya
tentu + -nya Þ tentunya
umum + -nya Þ umumnya
8) Sufiks –an
atur + -an Þ aturan
harap + -an Þ harapan
makan + -an Þ makanan
pancur + -an Þ pancuran
pasang + -an Þ pasangan
ungkap + -an Þ ungkapan
tindak + -an Þ tindakan
9) Sufiks –kan
bangun + -kan Þ bangunkan
harap + -kan Þ harapkan
idam + -kan Þ idamkan
impi + -kan Þ impikan
ingin + -kan Þ inginkan
kata + -kan Þ katakana
laku + -kan Þ lakukan
10) Konfiks ber-an
ber- + kena + -an Þ berkenaan
11) Konfiks di-kan
di- + bayang + -kan Þ dibayangkan
di- + diskusi + -kan Þ didiskusikan
di- + pikir + -kan Þ dipikirkan
di- + harap + -kan Þ diharapkan
di- + jernih + -kan Þ dijernihkan
di- + laksana + -kan Þ dilaksanakan
di- + laku + -kan Þ dilakukan
di- + sama + -kan Þ disamakan
di- + selesai + kan Þ diselesikan
12) Konfiks ke-an
ke- + ada + -an Þ keadaan
ke- + biasa + -an Þ kebiasaan
ke- + ingin + -an Þ keinginan
ke- + marah + -an Þ kemarahan
ke- + salah + -an Þ kesalahan
ke- + sempat + -an Þ kesempatan
ke- + siap + -an Þ kesiapan
ke- + tahan + -an Þ ketahanan
ke- + terampil + -an Þ ketermpilan
ke- + berada + -an Þ keberadaan
ke- + terbuka + -an Þ keterbukaan
ke- + tertutup + -an Þ ketertutupan
13) Konfiks meN-kan
meN- + maling + -kan Þ memalingkan
meN- + mati + -kan Þ mematikan
meN- + bayang + -kan Þ membayangkan
meN- + beritahu + -kan Þ memberitahukan
meN- +minimal + -kan Þ meminimalkan
meN- + persiap + -kan Þ mempersiapkan
meN- + dapat + -kan Þ mendapatkan
meN- + temtram + -kan Þ menentramkan
meN- + kata + -kan Þ mengatakan
meN- + guna + -kan Þ menggunakan
meN- + kondisi + -kan Þ mengkondisikan
meN- + kumpul + -kan Þ mengumpulkan
meN- + sosialisasi + -kan Þ mensosialisasikan
meN- + saran + -kan Þ menyarankan
meN- + nyata + -kan Þ menyatakan
meN- + remeh + -kan Þ meremehkan
14) Konfiks peN-an
peN- + cegah + -an Þ pencegahan
peN- + rasa + -an Þ perasaan
peN - + atur + -an Þ pengaturan
peN- + beda + -an Þ perbedaan
peN- + nikah + -an Þ pernikahan
peN- + tempur + -an Þ pertempuran
peN- + tengkar + -an Þ pertengkaran
15) Konfiks se-nya
se- + balik + -nya Þ sebaliknya
se- + betul + -nya Þ sebetulnya
se- + mesti + -nya Þ semestinya
se- + terus + -nya Þ seterusnya
b. Partikel
bagaimana + -pun Þ bagaimanapun
begitu + -lah Þ begitulah
katakan + -lah Þ katakanlah
tolong + -lah Þ tolonglah
4. Reduplikasi : Bentuk dan Makna
1) Perulangan seluruh
anak-anak
aturan-aturan
input-input
keberatan-keberatan
masing-masing
nilai-nilai
riak-riak
2) Perulangan sebagian
berbeda-beda
3) Perulangan yang berkombinasi dengan afiksasi
bau-bauan
Dari data tersebut, dapat ditemukan kata-kata ulang yaitu anak-anak, aturan-aturan, bau-bauan, berbeda-beda, input-input, keberatan-keberatan, ketersinggungan-ketersinggungan, masing-masing, nilai-nilai, pertengkaran-pertengkaran, riak-riak, siap-siap, terus-menerus, dan tiba-tiba.
Kata-kata ulang tersebut dapat diidentifikasikan berdasarkan bentuk dan maknanya. Identifikasi bentuk dan makna kata-kata ulang di atas berdasarkan pendapat Ramlan adalah :
1. Anak-anak
Menurut pendapat Ramlan, kata ulang anak-anak termasuk dalam golongan pengulangan seluruh yaitu pengulangan bentuk dasar anak secara penuh tanpa mengalami perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Proses pengulangannya adalah : anak ® reduplikasi ® anak-anak.
Sedangkan jika ditinjau dari segi makna, kata ulang anak-anak mengandung makna ‘banyak’. Makna ‘banyak’ yang ditimbulkan ini berkaitan dengan bentuk dasarnya. Kata anak dalam kalimat Begitu pula pada anak-anak menyatakan makna ‘banyak anak’. Jadi ada perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang. Jika kata anak berarti ‘seorang anak’, maka setelah menjadi anak-anak maknanya berubah menjadi ‘banyak anak’.
2. Aturan-aturan
Kata ulang aturan-aturan mempunyai bentuk pengulangan yang sejenis dengan kata ulang anak-anak yaitu pengulangan seluruh. Bentuk dasar aturan diulang secara penuh menjadi aturan-aturan tanpa ada pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem. Proses pengulangannya adalah : aturan ® reduplikasi ® aturan-aturan.
Begitu pula jika dilihat dari segi makna. Kata ulang aturan-aturan yang terdapat pada kalimat Kita harus memiliki aturan-aturan yang disepakati bersama bermakna ‘banyak aturan’.
3. Bau-bauan
Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks terdapat pada kata ulang bau-bauan. Bentuk dasar bau diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Pengulangan dan proses pembubuhan afiks terjadi bersama-sama dan mendukung satu fungsi. Kebersamaan makna dan fungsi yang didukungnya akan menandai afiksasi dan pengulangan yang simultan. Pada kata bau-bauan, bentuk dasar bau diulang menjadi bau-bau kemudian mendapat afiks –an menjadi bau-bauan. Prosesnya yaitu : bau ® reduplikasi ® bau-bau ® afiksasi ® bau-bauan.
Dari segi makna, pada kalimat Maka kita bisa menyarankan untuk meminum jamu, sekaligus memberitahukan bahwa kadar ketahanan kita terhadap bau-bauan rendah sekali, pengulangan bentuk dasar bau menjadi bau-bauan menyatakan makna ‘banyak’. Makna ‘banyak’ yang ditimbulkan pada kata bau-bauan berkaitan dengan bentuk dasarnya yaitu kata bau.
4. Berbeda-beda
Kata ulang berbeda-beda termasuk dalam golongan pengulangan sebagian yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya dengan bentuk dasar berupa bentuk kompleks. Pengulangan pada kata ulang berbeda-beda menggunakan bentuk ber-. Jadi bentuk dasar berbeda diulang bentuk asalnya menjadi berbeda-beda. Pola pengulangannya termasuk reduplikasi progresif. Prosesnya yaitu : berbeda ® reduplikasi ® berbeda-beda.
Makna yang ditimbulkan pada kata ulang berbeda-beda pada kalimat Namun, bagaimanapun, setiap orang itu berbeda-beda adalah ‘banyak’. Makna ‘banyak’ yang ditimbulkan pada kalimat ini tidak berkaitan dengan bentuk dasar tetapi berhubungan dengan kata yang “diterangkan”. Kata yang “diterangkan” itu menduduki fungsi sebagai subjek yaitu orang. Jadi, makna ‘banyak’ yang ditimbulkan menerangkan pada kata orang yaitu ‘banyak orang’.
5. Input-input
Seperti kata ulang anak-anak dan aturan-aturan, kata ulang input-input termasuk dalam golongan pengulangan seluruh. Dalam proses pengulangannya, kata input diulang secara penuh tanpa pengafiksan dan tanpa perubahan fonem. Proses pengulangannya yaitu : input ® reduplikasi ® input-input.
Makna yang dikandung oleh kata ulang input-input juga menyatakan ‘banyak’ yang berkaitan dengan bentuk dasar. Jadi makna input-input adalah ‘banyak input’ pada kalimat Jadi kita pun harus berani untuk mengumpulkan input-input tentang pasangan kita.
6. Keberatan-keberatan
Menurut Ramlan, kata ulang keberatan-keberatan termasuk pula pengulangan seluruh dengan bentuk dasar sekunder atau bentuk kompleks yaitu dengan adanya afiks ke-an. Bentuk dasar keberatan diulang penuh tanpa pembubuhan afiks dan tanpa perubahan fonem menjadi keberatan-keberatan. Prosesnya yaitu : keberatan ® reduplikasi ® keberatan-keberatan.
Kata ulang keberatan-keberatan mengandung makna ‘banyak’ pada kalimat Sungguh tidak usah malu menyatakan harapan ataupun keberatan-keberatan kita. Jadi maknanya adalah ‘banyak keberatan’.
7. Ketersinggungan-ketersinggungan
Senada dengan kata ulang keberatan-keberatan, ketersinggungan-ketersinggungan termasuk bentuk pengulangan seluruh dengan bentuk dasar sekunder atau kompleks dengan afikasasi ke-an. Jadi prosesnya yaitu : ketersinggungan ® reduplikasi ® ketersinggungan-ketersinggungan.
Dilihat dari makna yang dikandungnya, ketersinggungan-ketersinggungan bermakna ‘banyak’. Hal ini dapat dilihat pada kalimat Yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan-ketersinggungan. Jadi, makna ‘banyak’ yang ditimbulkan berkaitan dengan bentuk dasarnya yaitu ketersinggungan .
8. Masing-masing
Menurut Ramlan, setiap kata ulang tentu memiliki bentuk dasar sehingga kata masing-masing dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan dalam kata ulang. Hal ini disebabkan kata masing-masing bukan berasal dari leksem masing. Dengan kata lain, leksem masing tidak terdapat dalam penggunaan bahasa atau tidak berterima.
9. Nilai-nilai
Kata ulang nilai-nilai termasuk pengulangan seluruh dengan bentuk dasar tunggal atau primer yaitu nilai. Pengulangan ini tanpa pengafiksan dan tanpa perubahan fonem. Bentuk dasar nilai diulang secara penuh. Prosesnya yaitu : nilai ® reduplikasi ® nilai-nilai.
Makna nilai-nilai dalam konteks kalimat Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi riak-riak masalah akibat satu sama lain tidak memahami nilai-nilai yang dipakai oleh pasangan hidupnya adalah menyatakan ‘banyak’. Makna ini berkaitan dengan bentuk dasarnya. Jadi kata ulang nilai-nilai bermakna ‘banyak nilai’.
10. Pertengkaran-pertengkaran
Sama halnya dengan kata ulang nilai-nilai, pertengkaran-pertengkaran termasuk golongan pengulangan seluruh. Proses pangulangannya adalah : pertengkaran ® reduplikasi ® pertengkaran-pertengkaran.
Berdasarkan kalimat Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lebih baik dibanding terus-menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yang semestinya tak terjadi, makna yang ditimbulkan oleh kata ulang pertengkaran-pertengkaran adalah ‘banyak’ yang berhubungan dengan bentuk dasar. Jadi, pertengkaran-pertengkaran bermakna ‘banyak pertengkaran’.
11. Riak-riak
Pengulangan seluruh terjadi pula pada kata ulang riak-riak. Bentuk dasar riak diulang secara penuh tanpa perubahan fonem dan pengafiksan. Jadi prosesnya adalah riak ® reduplikasi ® riak-riak.
Sedangkan makna yang ditimbulkan oleh kata ulang riak-riak adalah ‘banyak’. Makna ‘banyak’ ini berkaitan dengan bentuk dasar. Dapat dilihat pada kalimat Dengan demikian diharapkan tidak terjadi riak-riak masalah akibat satu sama lain tidak memahami nilai-nilai yang dipakai oleh pasangan hidupnya. Berdasarakan kata ulang tersebut, kata ulang riak-riak bermakna ‘banyak riak masalah’.
12. Siap-siap
Kata ulang siap-siap termasuk pengulangan seluruh dengan bentuk dasar primer atau tunggal yaitu siap. Bentuk siap diulang penuh menjadi siap-siap tanpa mengalami perubahan fonem dan afiksasi. Prosesnya yaitu : siap ® reduplikasi ® siap-siap.
Makna yang ditimbulkan oleh kata ulang siap-siap pada kalimat Mas, orang bilang, kalau tidur saya itu seka ngorok,...jadi Mas siap-siap saja sebenarnya tidak mengubah arti bentuk dasarnya melainkan hanya menyatakan intensitas perasaan.
13. Terus-menerus
Pada kata ulang terus-menerus, terjadi bentuk pengulangan sebagian dengan bentuk dasar kompleks. Selain mengalami pengulangan sebagian, kata ulang terus-menerus juga mengalami pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Kata terus mengalami reduplikasi menjadi terus-terus kemudian mendapat afiks me- menjadi terus-menerus. Proses pengulangannya adalah : terus ® reduplikasi ® terus-terus ® afiksasi ® terus-menerus.
Makna yang ditimbulkan oleh pengulangan ini adalah ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar yang dilakukan berulang-ulang’. Hal ini dapat dilihat pada kalimat Jelas itu akan membuat keadaan berangsur lebih baik dibanding terus-menerus bergelut dalam pertengkaran-pertengkaran yang semestinya tak terjadi.
14. Tiba-tiba
Seperti bentuk masing-masing, bentuk tiba-tiba bukan termasuk kata ulang. Hal ini disebabkan karena kelas kata bentuk ulang tidak sama dengan kelas kata bentuk dasarnya. Kata tiba yang mempunyai kelas kata verba akan berubah menjadi berkelas adjektiva setelah diulang menjadi tiba-tiba. Begitu pula jika dilihat dari makna yang ditimbulkan. Tiba bermakna ‘datang’ sedangkan tiba-tiba artinya ‘mendadak’. Dengan demikian, pertalian makna itu tidak ada. Karena tidak ada pertalian makna, bentuk tiba-tiba bukan termasuk kata ulang.
5. Kata Majemuk : Bentuk dan Makna
6. Penentuan Morfem, Morf, dan Alomorf
a. Penentuan Morfem
1) bangunkan : terdiri dari dua morfem
bangun : morfem bebas/kata dasar (MB)
-kan : morfem terikat (MT)
bangun + -kan Þ bangunkan
2) belajar : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
ajar : MB
ber- + ajar Þ belajar
3) berangsur : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
angsur : MB
ber- + angsur Þ berangsur
4) berarti : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
arti : MB
ber- + arti Þ berarti
5) berasal : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
asal : MB
ber- + asal Þ berasal
6) berbeda-beda : terdiri dari tiga morfem
ber- : MT
beda : MB
beda : MB
ber- + beda-beda Þ berbeda-beda
7) berbuat : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
buat : MB
ber- + buat Þ berbuat
8) bergelut : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
gelut : MB
ber- + gelut Þ bergelut
9) berkenaan : terdiri dari tiga morfem
ber- : MT
kena : MB
-an : MT
ber- + kena + -an Þ berkenaan
10) berlangsung : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
langsung : MB
ber- + langsung Þ berlangsung
11) bermaksud : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
maksud : MB
ber- + maksud Þ bermaksud
12) bersalah : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
salah : MB
ber- + salah Þ bersalah
13) bertabiat : terdiri dari dua morfem
ber- : MT
tabiat : MB
ber- + tabiat Þ bertabiat
14) dibanding : terdiri dari dua morfem
di- : MT
banding : MB
di- + banding Þ dibanding
15) dibayangkan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
bayang : MB
-kan : MT
di- + bayang + -kan Þ dibayangkan
16) didiskusikan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
diskusi : MB
-kan : MT
di- + diskusi + -kan Þ didiskusikan
17) dipikirkan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
pikir : MB
-kan : MT
di- + pikir + -kan Þ dipikirkan
18) diharapkan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
harap : MB
-kan : MT
di- + harap + -kan Þ diharapkan
19) dijernihkan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
jernih : MB
-kan : MT
di- + jernih + -kan Þ dijernihkan
20) dilaksanakan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
laksana : MB
-kan : MT
di- + laksana + -kan Þ dilaksanakan
21) dilakukan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
laku : MB
-kan : MT
di- + laku + -kan Þ dilakukan
22) dipakai : terdiri dari dua morfem
di- : MT
pakai : MB
di- + pakai Þ dipakai
23) diselesaikan : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
selesai : MB
-kan : MT
di- + selesai + -kan Þ diselesaikan
24) disepakati : terdiri dari tiga morfem
di- : MT
sepakat : MB
-i : MT
di- + sepakat + -i Þ disepakati
25) ditutup : terdiri dari dua morfem
di- : MT
tutup : MB
di- + tutup Þ ditutup
26) lakukan : terdiri dari dua morfem
laku : MB
-kan : MT
laku + -kan Þ lakukan
27) makannya : terdiri dari dua morfem
makan : MB
-nya : MT
makan + -nya Þ makannya
28) melihat : terdiri dari dua morfem
me- : MT
lihat : MB
me- + lihat Þ melihat
29) memahami : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
paham : MB
-i : MT
me- + paham + -i Þ memahami
30) memalingkan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
paling : MB
-kan : MT
me- + paling + -kan Þ memalingkan
31) mematikan : terdiri dari tiga morfem
me- : MT
mati : MB
-kan : MT
me- + mati + -kan Þ mematikan
32) membalas : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
balas : MB
meN- + balas Þ membalas
33) membangun : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
bangun : MB
meN- + bangun Þ membangun
34) membayangkan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
bayang : MB
-kan : MT
meN- + bayang + -kan Þ membayangkan
35) memberitahukan : terdiri dari empat morfem
meN- : MT
beri : MB
tahu : MB
-kan : MT
meN- + beri + tahu + -kan Þ memberitahukan
36) membesar : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
besar : MB
meN- + besar Þ membesar
37) membina : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
bina : MB
meN- + bina Þ membina
38) membuat : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
buat : MB
meN- + buat Þ membuat
39) memiliki : terdiri dari tiga morfem
me- : MT
milik : MB
-i : MT
me- + milik + -i Þ memiliki
40) meminimalkan : terdiri dari tiga morfem
me- : MT
minimal : MB
-kan : MT
me- + minimal + -kan Þ meminimalkan
41) meminum : terdiri dari dua morfem
me- : MT
minum : MB
me- + minum Þ meminum
42) memperbanyak : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
-per- : MT
banyak : MB
meN- + per- + banyak Þ memperbanyak
43) mempersiapkan : terdiri dari empat morfem
meN- : MT
-per- : MT
siap : MB
-kan : MT
meN- + per- + siap + -kan Þ mempersiapkan
44) mempunyai : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
punya : MB
-i : MT
meN- + punya + -i Þ mempunyai
45) mendapatkan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
dapat : MB
-kan : MT
meN- + dapat + -kan Þ mendapatkan
46) menentramkan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
tentram : MB
-kan : MT
meN- + tentram + -kan Þ menentramkan
47) menerima : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
terima : MB
meN- + terima Þ menerima
48) menerus : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
terus : MB
meN- + terus Þ menerus
49) mengarang : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
karang : MB
meN- + karang Þ mengarang
50) mengatakan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
kata : MB
-kan : MT
meN- + kata + -kan Þ mengatakan
51) mengetahui : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
tahu : MB
-i : MT
meN- + tahu + -i Þ mengetahui
52) menggangu : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
ganggu : MB
meN- + ganggu Þ menggangu
53) menggunakan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
guna : MB
-kan : MT
meN- + guna + -kan Þ menggunakan
54) menghadapi : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
hadap : MB
-i : MT
meN- + hadap + -i Þ menghadapi
55) mengkondisikan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
kondisi : MB
-kan : MT
meN- + kondisi + -kan Þ mengkondisikan
56) mengomentari : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
komentar : MB
-i : MT
meN- + komentar + -i Þ mengomentari
57) mengorok : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
korok : MB
meN- + korok Þ mengorok
58) mengumpulkan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
kumpul : MB
-kan : MT
meN- + kumpul + -kan Þ mengumpulkan
59) mengurai : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
urai : MB
meN- + urai Þ mengurai
60) menikah : terdiri dari dua morfem
me- : MT
nikah : MB
me- + nikah Þ menikah
61) menjadi : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
jadi : MB
meN- + jadi Þ menjadi
62) mensosialisasikan : terdiri dari empat morfem
meN- : MT
sosial : MB
-isasi : MT
-kan : MT
meN- + sosial + -isasi + -kan Þ mensosialisasikan
63) menutup : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
tutup : MB
meN- + tutup Þ menutup
64) menyangka : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
sangka : MB
meN- + sangka Þ menyangka
65) menyarankan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
saran : MB
-kan : MT
meN- + saran + -kan Þ menyarankan
66) menyatakan : terdiri dari tiga morfem
meN- : MT
kata : MB
-kan : MT
meN- + kat + -kan Þ menyatakan
67) menyesal : terdiri dari dua morfem
meN- : MT
sesal : MB
meN- + sesal Þ menyesal
68) merasa : terdiri dari dua morfem
me- : MT
rasa : MB
me- + rasa Þ merasa
69) meremehkan : terdiri dari tiga morfem
me- : MT
remeh : MB
-kan : MT
me- + remeh + -kan Þ meremehkan
70) merusak : terdiri dari dua morfem
me- : MT
rusak : MB
me- + rusak Þ merusak
71) pencegahan : terdiri dari tiga morfem
peN- : MT
cegah : MB
-an : MT
peN- + cegah + -an Þ pencegahan
72) pertengkaran : terdiri dari tiga morfem
peN- : MT
tengkar : MB
-an : MT
peN- + tengkar + -an Þ pertengkaran
73) terbiasa : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
biasa : MB
ter- + biasa Þ terbiasa
74) terjadi : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
jadi : MB
ter- + jadi Þ terjadi
75) terlanjur : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
lanjur : MB
ter- + lanjur Þ terlanjur
76) termasuk : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
masuk : MB
ter- + masuk Þ termasuk
77) ternyata : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
nyata : MB
ter- + nyata Þ ternyata
78) tersebut : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
sebut : MB
ter- + sebut Þ tersebut
79) tersinggung : terdiri dari dua morfem
ter- : MT
singgung : MB
ter- + singgung Þ tersinggung
80) tolonglah : terdiri dari dua morfem
tolong : MB
-lah : MT
tolong + -lah Þ tolonglah
b. Penentuan Morf
Morf-morf yang terdapat dalam kata kerja (verba) berafiks dalam bacaan “Rumah Tangga yang Menyenangkan” yaitu:
1) bel- Þ belajar
2) ber- Þ berangsur, berarti, berasal, berbeda-beda, berbuat, bergelut, berlangsung, bermaksud, bersalah, bertabiat.
3) me- Þ melihat, mematikan, memiliki, merusak, meminimalkan, meminum, menikah, merasa, meremehkan.
4) mem- Þ memahami, memalingkan, membalas, membangun, membayangkan, memberitahukan, membesar, membina, membuat, memperanyak, mempersiapkan, mempunyai.
5) men- Þ mendapatkan, menentramkan, menerima, menerus, menjadi, mensosialisasikan.
6) meng- Þ mengarang, mengatakan, mengetahui, mengganggu, menggunakan, menghadapi, mengkondisikan, mengomentari, mengorok. Mengumpulkan, mengurai.
7) meny- Þ menyangka, menyarankan, menyatakan, menyesal.
8) pen- Þ pencegahan
9) per- Þ pertengkaran, pertengkaran-pertengkaran
10) ter- Þ terbiasa, terjadi, terlanjur, termasuk, ternyata, tersebut, tersinggung.
c. Penentuan Alomorf
Morfem ber- mempunyai morf-morf bel- dan ber- sebagai alomorfnya. Morfem meN- mempunyai morf-morf me-, mem-, men-, meng-, dan meny- sebagai alomorfnya.
7. Gejala Morfofonologi pada Kata-kata Berafiks
a. Pemunculan Fonem
Bau-bauan
Berbuat
Berkenan
Bertabiat
Dipakai
Diselesaikan
Keadaan
Keberadaan
Kebiasaan
Kesiapan
Keterbukaan
Membalas
Membangun
Membayangkan
Memberitahukan
Membesar
Membina
Membuat
Memperbanyak
Mempersiapkan
Mempunyai
Mendapatkan
Mengetahui
Mengurai
Menjadi
Mensosialisasikan
Pancuran
Peluang
Pencegahan
Pendiam
Perasaan
Perbedaan
Sebuah
Seideal
Setiap
Terbiasa
Terlanjur
b. Pengekalan Fonem
Bangunkan
Bau-bauan
Berangsur
Berarti
Berasal
Berbeda-beda
Berbuat
Bergelut
Berkenaan
Berlangsung
Berlapang
Bermakud
Bersalah
Bersama
Bertabiat
Dibanding
Dibayangkan
Diskusikan
Dipikir
Diharapkan
Dijernihkan
Dilaksanakan
Dilakukan
Dipakai
Disamakan
Diselesaikan
Disepakati
Disisi
Ditutup
Harapan
Harapkan
Idamkan
Impikan
Inginkan
Katakana
Katakanlah
Keadaan
Keberadaan
Keberatan-keberatan
Kebiasaan
Keinginan
Kemarahan
Kesalahan
Kesana
Kesempatan
Kesiapan
Ketahanan
Keterampilan
Keterbukaan
Ketertutupan
Lakukan
Makanan
Melihat
Mematikan
Memiliki
Meminimalkan
Meminum
Menikah
Menyatakan
Merasa
Meremehkan
Merusak
Pancuran
Pasangan
Peluang
Perasaan
Sebaiknya
Sebetulnya
Sebuah
Secantik
Secuplik
Sedangkan
Segampang
Segesit
Sehingga
Seideal
Setiap
Sekali
Selaras
Semakin
Semestinya
Seterusnya
Selaras
Terbiasa
Terjadi
Terhadap
Terjadinya
Terlalu
Terlanjur
Termasuk
Ternyata
Tersebut
Tersinggung
Tindakan
Ungkapan
c. Pemunculan dan Pengekalan Fonem
Bau-bauan
Berbuat
Berkenaan
Bertabiat
Dipakai
Diselesaikan
Keadaan
Keberadaan
Kebiasaan
Kesiapan
Keterbukaan
Pancuran
Peluang
Sebuah
Seideal
Setiap
Terbiasa
Terlanjur
d. Pergeseran Fonem
Disepakati
Harapan
Keinginan
Kemarahan
Kesalahan
Kesempatan
Kesiapan
Ketahanan
Keterampilan
Makanan
Mematikan
Memahami
Memiliki
Menghadap
Mengomentari
Pancuran
Pasangan
Pencegahan
Pernikahan
Pertempuran
Pertengkaran
Ungkapan
e. Perubahan dan Pergeseran Fonem
Kesiapan
Pancuran
f. Pelesapan Fonem
Perasaan
g. Peluluhan Fonem
Memahami
Memalingkan
Menentramkan
Menerima
Menerus
Mengarang
Mengatakan
Mengetahui
Mengganggu
Menggunakan
Manghadapi
Menkondisikan
Mengomentari
Mengorok
Mengumpulkan
Menutup
Menyangka
Menyarankan
Menyesal
D. SIMPULAN
Pembagian kelas kata
DAFTAR PUSTAKA
Ahui, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahas. Surabaya : Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana Harimurti. 1999. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.
Ramlan, M. 1987. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif . Yogyakarta: CV. Karyono.
Samsuri. 1981. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Santoso, Joko. 2004. Buku Pegangan Kuliah : Morfologi Bahasa Indonesia.Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Santoso, Joko. 2005. Hand out : Pekuliahan Morfologi Bahasa Indonesia.Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.
Tim Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Yasin, Sukhan. 1987. Tinjauan Diskriptif Seputar Morfologi. Surabaya : Usaha Nasional
Verhaar. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Wiharjo, Wiwied. 2003. Lembar Kerja Siswa Melati: Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar atau memberi masukan, di sini!