Minggu, 20 Februari 2011

KATA, LEKSEM & PEMBENTUKAN KATA

KATA

Identitas kata
  1. Kata ortografis (orthographic word)
Adalah unit kebahasaan yang dibatasi oleh spasi pada kedua sisinya.
  1. Kata fonologis (phonological word)
Adalah satuan bahasa bebas yang mempunyai ciri-ciri fonologi tetap (dibatasi oleh adanya kesenyapan potensial : tekanan, suku terbuka, kesesuaian vokal, dan proses fonologis).
  1. Kata gramatis (grammatic word)
Adalah satuan gramatikal yang ada di antara morfem dan frase yang mempunyai ciri keutuhan intern dan diapit oleh jeda potensial dan yang terjadi dari morfem atau gabungan morfem.
  1. Kata leksikal
Adalah suatu unit kebahasaan yang dianggap sebagai satuan terkecil dan menjadi unsur leksikon suatu bahasa, dan diterangkan di dalam kamus sebagai entri.

Pengertian kata dalam pandangan lain:
  1. Kata fonologis
Kata dipandang terdiri dari satu atau beberapa suku kata, dan tiap suku kata terdiri dari satu atau beberapa fonem.
Menurut pengertian fonologis ini, kemudian dibadi lagi menjadi :
a.     kata monosilabis : kata yang mempunyai lebih dari satu suku kata/silabel.
b.     kata polisilabis        : kata yang terdiri dari satu suku kata.
  1. Kata morfologis
Kata dipandang sebagai satuan lingual yang terdiri dari satu tau beberapa morfem.
Menurut pengertian morfologis ini, kemudian dibadi lagi menjadi :
a.     kata monomorfemis : kata yang mempunyai lebih dari satu morfem.
b.     kata polimorfemis    : kata yang terdiri dari satu morfem.
  1. Kata sintaksis
Kata dipandang sebagai bentuk bebas yang terkecil; atau setiap segmen suatu kalimat yang diapit oleh sendi yang berurutan yang memungkinkan adanya kesenyapan; atau momen bahasa yang dapat dipindahkan, diisolasikan, dan digantikan.
Kata disebut sebagai bentuk bebas karena kata memiliki kesanggupan untuk berdiri sendiri di dalam struktur kalimat tanpa harus menempel pada bentuk lain sebagaimana sifat morf/morfem.

LEKSEM

Adalah semua bentuk kata yang diasosiasikan dan berada dalam pemakaian secara umum.

Ciri leksem munurut Kridalaksana:
1. satuan terkecil dalam leksikon
2. satuan yang berperan sebagai input dalam proses morfologis
3. bahan baku dalam proses morfologis
4. unsur yang diketahui dari bentuk yang adanya setelah disegmentasikan dari bentuk kompleks merupakan bentuk dasar yang lepas dari morfem afiks
5. bentuk yang tidak tergolong proleksem atau partikel

Sedangkan
   menurut Lyons, leksem adalah unit-unit abstrak yang terjadi dalam bentuk-bentuk infeksional yang berbeda-beda, menurut kaidah-kaidah sintaksis.
   menurut Matthews, leksem adalah satuan leksikal abstrak terkecil –baik simple, ubahan (derived), maupun kompleks—dari bentuk-bentuk kata dalam paradigma (infleksional).

PEMBENTUKAN KATA

Afikasasi

            Lihat halaman 4.
Simulfiks adalah afiks yang perwujudan segmentalnya dileburkan pada bentuk dasar. Contoh : ngopi. (Kridalaksana, 1996:29). Sedangkan menurut Ramlan simulfiks dimaknai sebagai afiks terpisah : ke-an.
Sirkumfiks adalah kasus sebuah prefiks dan sebuah sufiks melekat bersama-sama atau serentak pada bentuk dasar.
Superfikas/suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental. Contoh : suwe-suwi. Perbedaan maknanya ditentukan berdasarkan perubahan bunyi vokal dan panjang pendeknya vokal diucapkan.
Interfiks adalah jenis infiks yang muncul di antara dua unsur. Contoh : Indonesianologi.
Tranfiks adalah jenis afiks yang terselip di sepanjang bentuk dasar yang menyebabkan bentuk dasar menjadi terbelah-belah. Contoh : (Bahasa Arab) k-t-b à katab à kitab à katib.
               

Partikelisasi

        Adalah kata yang dibentuk dengan memberikan penambahan partikel (-lah, -kah).

Klitikisasi

      Adalah kata yang dibentuk dengan memberikan penambahan klitik (-ku, -mu, -nya).

Proleksemisasi

Adalah kata yang dibentuk dengan memberikan penambahan proleksem (swa-, panca-).

Reduplikasi
Lihat halaman 3 (kata ulang) dan halaman (4) reduplikasi.
Ditinjau dari bagian yang diulang, reduplikasi dibedakan atas :
1. pengulangan akar (dwilingga)                                                         : rumah-rumah
2. pengulangan awal (dwipurwa)                                                         : lelaki
3. pengulangan akhir (dwiwasana)                                                      : manari-nari
4. pengulangan yang disertai perubahan bunyi (dwilingga salin swara)         : bolak-balik
5. trilingga                                                                                              : dag-dig-dug

Selain itu, reduplikasi juga dapat diklasifikasikan dalam
1. reduplikasi fonologis       : dada, pipi, kuku
2. reduplikasi morfologis     : rumah-rumah
3. reduplikasi sintaksis         : jangan-jangan
4. reduplikasi idiomatis        : kuda-kuda, mata-mata

Dilihat dari proses pembentukannya :
1. pengulangan terhadap bentuk dasar                                              : pohon-pohon
2. pengulangan terhadap bentuk berafiks                          : berbatu-batu
3. afiksasi terhadp bentuk ulang                                         : tali-temali
4. pengulangan terhadap bentuk akronim                          : parpol-parpol
5. pengulangan terhadap kata majemuk                                             : mata air-mata air

Abreviasi/penyingkatan/akronimisasi

            Adalah pembentukan kata dengan menggabungkan bagian dari beberapa kata. Hasilnya antara lain:
                1. singkatan (contoh : dll., TU)
                2. akronim (contoh : orba, orla)
                3. pemenggalan (contoh : bu, pak, dik)
                4. lambang (contoh : Na dari natrium, Ne dari neon)
                5. kontraksi (contoh : tak)

        Makna reduplikasi dapat berupa :
1.     intensif/sungguh-sungguh                           : bongkar-bongkar
2.     deintensif/sambil lalu/dengan seenaknya : tidur-tiduran
3.     iteratif/berkali-kali/frekuentif                       : keliling-keliling
4.     resiprokal/berbalasan                                  : cubit-cubitan
5.     banyak                                                            : kaya-kaya
6.     berjenis-jenis                                                 : sayur-mayur
7.     kepastian                                                       : sehat-sehat
8.     ketidakpastian                                                               : untung-untungan
9.     yang dianggap                                                              : leluhur
10.   tidak tentu                                                      : siapa-siapa
11.   bertindak seperti                                           : bapak-bapak
12.   menyerupai/tiruan                                         : langit-langit
13.   meremehkan                                                   : dia-dia
14.   dramatisasi                                                    : kami-kami
15.   agak                                                                                : kekanak-kanakan
16.   intensitas kualitatif/paling                           : sekuat-kuatnya
17.   kolektif/kumpulan                                         : ketiga-tiganya
18.   ‘banyak’  yang diterangkan                           : pandai-pandai

Komponisasi
Adalah pembentukan leksem baru dengan penggabungan dua leksem atau lebih.
Leksem + leksem à komponisasi à kata majemuk.

Kompositum
1.     Non idiomatis
Makan masih sama dengan makna masing-masing komponennya.
Contoh : adu lari, akal budi.
2.     Idiomatis
Maknanya tidak sama dengan makna masing-masing komponennya.
Contoh : banting tulang, buah bibir.
3.     Semi-idiomatis
Salah satu komponennya bermakna khas dan hanya pada konstruksi itu saja.
Contoh : anak angkat.

Jenis Kompositum :
1.     Subordinatif substantif
Adalah kompositum yang tidak berafiks atau tidak berpartikel di antara kedua unsurnya.
Contoh : anak sungai.
2.     Subordinatif atributif
Adalah kompositum ini sebagian besar juga berfungsi secara prediktif dan sebagai satuan maknanya tergantung dari nomina di luar kompositum.
Contoh : bebas becak.
3.     Koordinatif
Adalah yang hubungan antarunsurnya bersifat koordinatif.
Contoh : gegap gempita.
4.     Berproleksem
Adalah kompositium yang salah satu unsurnya berupa proleksem.
Contoh : asusila.

Derivasi balik
   Adalah proses morfologis/pembentukan kata yang menyebabkan terjadinya perubahan kosakata.             

Derivasi zero

Adalah proses morfologis yang mengubah status sebuah leksem sebagai input menjadi kata tunggal sebagai output  tanpa perubahan bentuk.

Metanalisis

Adalah sutau peristiwa terjadi bentuk baru melalui proses pemenggalan yang tidak dapat dijelaskan secara historis. Karena, peristiwa ini terjadi atau timbul di luar analisis. Contoh : pakat à sepakat.

Morfofonemik

Adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem (dalam bahasa Indonesia, ialah pertemuan morfem dasar dan morfem afiks)

Jenis proses morfofonemik:
1.     Pemunculan fonem                                            
2.     Pengekalan fonem                                            
3.     Pemunculan fonem dan pengekalan fonem    
4.     Pergeseran fonem                                            
5.     Perubahan dan pergeseran fonem                  
6.     Pelesapan fonem                                                              
7.     Peluluhan fonem                                                               
8.     Penyisipan fonem secara historis                   
9.     Pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
10.   Variasi fonem bahasa sumber
TEORI MORFOLOGIS TENTANG GEJALA MORFOFONOLOGI
         a. M. Ramlan
Ramlan menyebut morfofonologi sebagai morfofonemik.
Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain (Ramlan, 1987: 83).
Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfofonemis yaitu :
1)    Proses perubahan fonem
Proses perubahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya. Fonem /N/ pada kedua morfem itu berubah menjadi /m, n, ñ, ŋ/
2)    Proses penambahan fonem
Proses penambahan fonem terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri atas satu suku.
3)    Proses hilangnya fonem
Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w, dan nasal/, mengakibatkan fonem /N/ hilang.
Pertemuan morfem ber-, per-, dan ter- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /r/, mengakibatkan fonem /r/ hilang.
Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem /p, t, s, k/, mengakibatkan fonem-fonem itu hilang.
b. Samsuri
Samsuri (1981: 201) menyatakan bahwa morfofonemik adalah studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
Morfofonemik digolongkaan menjadi enam jenis yaitu asimilasi, disimilasi, metatesis, penambahan, pengguguran, dan peloncatan.
1)    Asimilasi
Asimilasi adalah perubahan nasal menjadi nasal sealat yang mengikutinya. Misalnya, perubahan-perubahan fonem nasal yang berujud /m/ di depan fonem /b/, /n/ di depan fonem /d/, /n/ di depan fonem /j/, dan /n/ di depan fonem /g/.
2)    Disimilasi
Disimilasi merupakan kebalikan dari asimilasi. Misalnya, fonem /m/ tidak diikuti /p/ melainkan /t/, fonem /n/ tidak diikuti oleh /t/ melainkan /p/ dst.
3)    Metatesis
Pembalikan susunan fonem-fonem suatu morfem terjadi bila morfem mengadakan kombinasi atau urutan dengan morfem yang lain. Misalnya :
4)    Penambahan fonem
Penambahan fonem jika suatu morfem berhubungan dengan morfem yang lain.
5)    Pengguguran fonem
Pengguguran fonem jika suatu morfem berhubungan dengan morfem yang lain.
6)    Perubahan fonem-fonem prosodi atau peloncatan
Perubahan ini terjadi pada susunan fonem-fonem prosodi yang disebabkan oleh hubungan morfem yang satu dengan yang lain. Perubahan ini dipengaruhi oleh peloncatan tekanan, nada dan panjang.
Simpulan :
Gejala morfofonologi dalam bahasa Indonesia antara lain proses perubahan fonem atau asimilasi, proses penambahan fonem, proses penghilangan fonem atau pengguguran fonem, disimilasi, metatesis, dan peloncatan fonem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar atau memberi masukan, di sini!