Tampilkan postingan dengan label Mirza. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mirza. Tampilkan semua postingan

Minggu, 14 April 2019

Wawancara di Kantor Kecamatan

Aku pergi ke Kantor Kecamatan. Aku pergi ke sana bersama seluruh anggota keluarga. Aku mendapatkan beberapa data. Nama ibu Kepala Bagian Kesra yang bernama Endarwati. Ada kurang lebih 100.000 orang di kecamatan ini yang terdiri dari 12 desa. Nama pak camatnya Wisnu Harjanto. Yang  memilih pak  camat adalah Bapak Bupati, dengan SK Bupati.

Wawancara dengan Pak Lurah

Aku pergi ke Kantor Kelurahan. Aku mendapatkan beberapa data.
Nama Kepala Desanya Hamid Badjuri. 
Di kelurahan ini ada 19 RW dengan jumlah warga kurang lebih 11.000 orang yang terbagi menjadi
18 dusun. 
Nama Pak Lurahnya Hamid Badjuri. Yang memilih Pak Lurah adalah warga lingkungan.

Wawancara Pak RW

Jarak dari rumahku ke rumah Pak RW sama dengan jarak rumahku ke rumah Pak Kadus. Aku mendapatkan beberapa data.
Nama Pak RW Apri Zaeladi.
Di RW ini ada 6 RT.
Tugas ketua RW adalah menjaga kerukunan warga. 
Beliau sudah sejak 2014 menjadi Ketua RW.
Sebelumnya adalah Almarhum Bapak Suparno.
Tiap lima tahun pemilihannya.

  
 

Sabtu, 13 April 2019

Perjalanan dan Wawancara ke Rumah Pak Kadus


Ini yang dimaksud terowongan (rerimbunan dari tanaman)😁
Pada tanggal 10 April 2019, aku berjalan menyebrangi jalan raya, karena rumahku dan rumah Pak Kadus jaraknya lumayan jauh. Tetapi itu tidak menjadi soal. Karena, jalan ke rumah Pak Kadus harus melewati terowongan seperti goa. Goa itu bentuknya sangat bagus. 
 πŸ˜€ini pemandangan ketika memasuki goa tanaman

Saat tersesat
  

Saat pertama kali ke rumah Pak Kadus, bersama adikku (Zeroun) dan ayahku, kami tersesat sampai dusun lain. Setelah itu, kami bertanya kepada seseorang di dusun kami. Kemudian orang itu menunjukkan bahwa rumah Pak Kadus bukanlah di situ. Dia menjelaskan arah ke rumah Pak Kadus. 
Setelah itu, aku jadi tahu, kalau mau ke rumah Pak Kadus harus menaiki tanjakan yang lumayan curam. 

Rumah Pak Kadus sudah nampak

Sesampainya di rumah Pak Kadus, aku sangat bersemangat, ingin menyelesaikan tantangan ini. eh pak kadus sedang tidak ada jadi aku tidur siang dulu. 
setelah sholat asar  aku dan seluruh anggota keluarga 
pergi ke pak kadus. izzul bersemanat zeroun juga bersemangat menuju goa itu 
sesampainya disana kami bersalaman. aku mendapatkan beberapa data bahwa di dusun bayanan ada 6RT 1RW tugas wakil kepala desa. sebelumya pak yoyok.


[awal cerita, Mirza yang bercerita, bunda menuliskan]
[selanjutnya murni Mirza yang menulis sendiri tanpa kami edit]

Wawancara kepada Pak RT

Aku ke rumah Pak RT yang bernama Eko Priyo. Aku bertanya di RT ini ada berapa keluarga? Pak Eko Priyo menjawab, "Ada 34 keluarga".
Aku bertanya lagi dan lagi.
Apa tugas ketua RT? Menyampaikan yang disampaikan Pak Lurah kepada warga. Pak Eko Priyo menjawab lagi dan lagi.
Sejak kapan menjadi ketua RT? Sejak tahun 2012.
Sebelumnya siapa? Almarhum Bapak Sapari.
Siapa yang memilih ketua RT? Dari warga.
Setiap berapa tahun pemilihannya? Lima tahun sekali.
Aku merasa tantangan kali ini sangat mudah. Aku merasa senang.


[Mirza bercerita, bunda menuliskan]
Tantangan T1.1

Kamis, 24 Januari 2019

Lugas Sahabatku Selamanya

Suatu malam, setelah dari Yogyakarta, aku menginap di rumah Lugas. Aku sangat senang menginap di sana. Dia adalah sahabatku. 


Keesokan harinya, aku dan Lugas diminta sama Om Gepy untuk menggambar daun. Aku meminjam pensil warna-warni milik Lugas. Aku dan Lugas menggambar daun-daun yang kami lihat di sekeliling. 
Mulanya, aku pergi ke papringan, tapi di sana terlalu banyak nyamuk sehingga mengganggu konsentrasi menggambarku. 
Aku terkejut ketika melihat daunnya Lugas yang seperti kecoak. Ketika aku mentertawakan Lugas daunnya seperti kecoak, Lugas pun ikut tertawa.
Ini gambar kecoaknya Lugas, eh daun maksudku. πŸ˜…
Kemudian, Lugas menggambar sehelai daun yang mirip dengan lemon. Dia juga membuat beberapa daun lain. Lagi-lagi seperti lemon.
Sedangkan aku menggambar daun talas.
Setelah beberapa lama menggambar daun kami mulai bosan. Kami akhirnya bermain lumpur. Lumpur itu kami timbang dengan timbangan dapur. Lugas dan aku membuat seperti makanan dari lumpur dan dedaunan. πŸ˜†

Saat bermain lumpur, di sana agak gerimis. Kami kira akan hujan. Kami sudah mempersiapkan diri untuk hujan-hujanan, tapi hujannya tak kunjung datang. 
Akhirnya aku berfikir untuk main semprot-semprot saja. 
Maka, aku dan Lugas meminta izin untuk bermain air saja. 
Aku senang sekali bermain air dengan Lugas. Kami seperti bermain pedang-pedangan. 
Aku memasukkan selang ke dalam celana dari belakang. Aku jadi seperti ngompol.
πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†


[Cerita oleh Mirza]
[Foto oleh Tante Puri] 😍

Rabu, 23 Januari 2019

Restoran Special!

 Siang ini, Mirza, Zeroun, Izzul, Ayah, Bunda, Tante Sulis dan Om Alfan pergi ke restoran bersama. Di sana aku memegang seekor ikan terbesar dan terberat dari ikan yang pernah aku lihat dan angkat.

Kemudian, kami memesan menu dan menunggu. Aku (Mirza), Izzul, Zeroun dan Bunda melihat cara memasaknya. Cara memasaknya yaitu dengan membersihkan sisik ikan itu terlebih dahulu. Kemudian, dipotong sehingga bagiku terlihat menjadi 2 ekor ikan. Karena ikannya dibelah, tetapi tetap menempel.

Setelah itu ikannya dibakar menggunakan kulit kelapa yang kering. Ikan itu diberi olesan kecap dan sambal.

Ketika dimakan, aku merasa itu adalah makanan yang enak sekali dan belum pernah aku mencoba sebelumnya.




Aku memakan semua jenis hidangan yang telah kami pesan. Semua hidangan itu benar-benar lezat.


 Ketika pesanan yang Izzul pilih datang, aku kaget. Kenapa kami diberi palu (??). Ternyata, itu untuk memecah kulit kepiting dan lobsternya. Aku lebih menyukai ikannya daripada kepiting atau lobsternya.
Makanan yang paling aku sukai, yaitu ikan fillet krispinya.

[cerita oleh Mirza]

Kunjungan ke Museum Manusia Purba Krikilan

 Hari yang indah pagi ini. Za, Ze, Zul dan Lugas berencana untuk mengujungi Museum Manusia Purba di Sangiran.

Kami bangun pagi-pagi sekali. Setelah semua siap, kami menjemput Lugas di rumahnya, Dampit.
Segera kami menuju ke tempat makan. Kami makan soto, di depan Alun-alun Magelang.
Makan di sana jadi berasa lebih lezat, karena kami makan bersama sahabat.

Jam 07.00 kami berangkat ke Sangiran. Di perjalanan, Mirza membacakan buku untuk kami semua. itu adalah buku milik Lugas. Buku yang berjudul Prasejarah. Bukunya bagus.

Perjalanan ini sangat menyenangkan. Tiga jam perjalanan kami. Tetapi terasa tidak cukup lama. Karena kami banyak menghabisakan waktu bersama dengan menyenangkan.







Akhirnya, tibalah kami di Museum Krikilan. Ini adalah museum manusia purba yang paling besar dan paling lengkap. Ada tiga ruang pamer.
 
Kami dipandu oleh pemandu wisata. Dari situ kami jadi tahu banyak hal tentang Sangiran dan manusia purbanya. 
Zeroun juga mengamati berbagai alat-alat yang terbuat dari batu. Ada bola batu, pisau batu, alat pemecah dari batu, dll. 






Mirza di sana melihat fosil buaya raksasa. Ada juga patung manusia purba yang tampak mirip seperti aslinya. Diorama di sana bagus-bagus. 
Zeroun penasaran sekali, karena ada banyak hal yang belum ia ketahui. 

Selain ke Museum Krikilan, kami juga ke 2 museum lain yang masih di sekitaran Sangiran, yaitu Museum Dayu dan Ngebung.

Cerita untuk 2 museum lain di halaman selanjutnya ya.

[cerita oleh Mirza dan Zeroun]