Selasa, 22 Maret 2011

Tanda Hubung

Tanda hubung digunakan untuk

1. memisahkan sesuai suku katanya

Contoh : sam-pai pan-tai in-do-ne-si-a
: su-ngai ta-at men-cin-ta-i
: sa-yur-an

2. menulis tanggal yang kesemuanya angka
Contoh : 5 April 2010 ditulis dengan => 5-4-2010

3. menulis kata ulang
Contoh : dewa-dewi sayur-mayur

Merah Saga

Fajar pun senja


Dua ciptaan yang serupa

Namun berpunggungan


Fajar pun senja

Ia siratkan makna hidup

Yang Ia rahasiakan

Dalam gurat-gurat kesejukan


Fajar pun senja

Terlukis semantap merah saga

Seakan-akan Ia berpesan

“Inilah episode baru,

agar kau perbaiki khilafmu”


fajar pun senja

Sebuah kesempurnaan ciptaan

Yang harus kita langkahi

Dengan kesempurnaan pikiran dan hati

Senin, 14 Maret 2011

Sedia : Segala Hal dari Kain Flanel





Pemberian ASI sampai 2 Tahun

Walaupun saya bekerja dari pagi (Pukul 07.20) sampai sore (pukul 15.30), namun alhamdulillah, sampai usia Mirza hampir 1 tahun (sekarang 11,5 bulan) saya masih intensif memberikan ASI. ASI eksklusif-pun bisa saya lalui. Insya Allah, saya akan memberikan ASI secara intensif hingga usianya 2 tahun, seperti yang dianjurkan oleh Allah dalam Al-Qur’an (Al Baqarah: 233).
Al Baqarah 233 :
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna.”
Bukan sesuatu yang mudah untuk menyusui sedangkan saya mempunyai amanah yang lain (mengajar di sekolah full day). Tetapi alhamdulillah... Sekolah, teman sejawat, dan terutama suami sangat mendukung keinginan ini. Dari jadwal yang cukup padat di sekolah, saya selalu meluangkan waktu sekitar 10 menit pada waktu siswa istirahat untuk mengunjungi Athfaluna Baby Care. Saya memang bukan termasuk wanita yang mempunyai stok ASI sangat baik. Tapi, suami saya selalu memberikan support bahwa ASI yang diberikan olah Allah itu sesuai dengan kebutuhan bayi. Hmm...tapi kalo sedang ga enak ati (sssstt : sedang marahan sama suami) cukup susah ASI bisa keluar banyak. Hahaha....
Beberapa cara yang saya tempuh agar dapat memberikan stok ASI yang cukup untuk Mirza adalah:
1. Menjaga pola makan
Walaupun kondisi kami memang tidak memungkinkan untuk makan makanan yang nilai ekonomisnya cukup tinggi, saya ternyata masih dapat memberikan ASI dengan cukup baik. Saya cukup jarang makan daging. Makan cukup dengan sayur dan tempe, atau kerupuk. Tapi, kalau pola makan baik, hati tertata dengan baik, insya Allah ASI selalu lancar.
Saat bulan Ramadhan tiba, saya tetap berpuasa. Bahkan puasa saya hanya bolong 1 hari (lupa karena apa). Dan Alhamdulillah, ASI juga tetap lancar.
2. Banyak minum
Ketika masa menyusui, pasti kita akan sering sekali merasa haus. Air memang penting untuk memberikan stok ASI yang baik. Karena, kalau kita kekurangan cairan maka ASI akan diproduksi dari cadangan makanan atau bagian dari tulang kita. Jadi sebaiknya, sebelum dan sesudah menyusui harus minum air yang banyak.
3. Menjaga pola pemberian ASI
Jam yang sama dalam memberikan ASI juga berpengaruh. Karena pada jam-jam tersebut ASI memproduksi dengan volume yang cukup banyak.
4. Menyimpan ASI di Botol
Apabila pada saat waktunya pemberian ASI anak kita sedang tidur atau tidak bisa disusui secara langsung, ASI tetap harus keluar dari tempatnya. Maka, simpanlah ASI dalam botol steril. Cara mengeluarkannya bisa dengan dipompa dengan alat, ataupun dipijat.
5. Menjaga emosi
Sungguh, dukungan suami sangat berperan besar di sini. Ibu tidak bisa berjuang sendiri, sedangkan suami cuek bebek dengan tekad kita memberikan ASI secara eksklusif maupun intensif 2 tahun. Termasuk menjaga emosi. Kalau kita sedang ga mood, hmmm....bisa jadi ASI tak bisa banyak juga. Karena energi yang digunakan untuk memproduksi ASI berpindah tempat.

Rabu, 02 Maret 2011

MODEL-MODEL DISIPLIN DALAM MENDIDIK ANAK



Didiklah anak-anakmu dengan baik,  karena mereka akan hidup bukan pada jaman kita sekarang ini. ( Al Hadist ) 

Menerapkan disiplin dalam mendidik anak di sekolah sangat tergantung kepada hubungan yang dilakukan guru terhadap anak. Bila hubungan yang dilakukan guru terhadap anak cukup baik, maka Insya Allah anak memiliki disiplin yang baik. Demikian sebaliknya, jika jalinan hubungan antara guru dan anak kurang baik, anak akan memiliki disiplin yang kurang baik
Model-Model Disiplin:
  1. Model serba membolehkan ( Permisif )
Penyebab guru melakukan disiplin model ini diantaranya karena : 
Guru merasa bersalah dan merasa tidak enak pada anak, hal ini disebabkan karena guru  merasa bukan anak sendiri atau ada ortu yang  lebih bertanggung jawab.
 
Ada ketidaksempurnaan pada anak, mungkin karena ayah meninggal, atau terjadi sesuatu yang salah pada anak (pola asuh), sehingga guru merasa tidak tega.

Perasaan bersalah atau tidak enak ini menyebabkan guru tidak memberikan peraturan-peraturan atau batasan-batasan kepada anak, karena dikhawatirkan peraturan itu akan memberatkan atau membebani anak.
Jika anak dididik dengan cara serba membolehkan, cenderung :
}Kurang memiliki rasa tanggung jawab
}Tidak mampu mengontrol emosinya
}Tidak mampu berkonsentrasi untuk belajar
}Sering menjadi pengganggu atau pengacau karena tidak mengenal aturan-aturan. 
}Kontrol anak lebih besar dibandingkan dengan guru, jadi guru bisa dengan mudah dikendalikan oleh anak.
 

2. Model Miskomunikasi
Mendidik anak dengan model misskomunikasi disebabkan oleh :
Guru tidak mau repot-repot berurusan dengan anak. Karena guru banyak tugas, sehingga ortu tidak dapat berhubungan dan berkomunikasi yang baik dengan anak. Akhirnya guru tidak peduli dengan anak, dan anak tidak mendapat perhatian.
 
Ada komunikasi tetapi komunikasi yang dilakukan dalam situasi negatif, sehingga guru tidak bisa berkomuniasi positif dengan anaknya.
 
Dalam mendidik anak dengan cara miskomunikasi ; ketika anak menginginkan sesuatu, anak memintanya dengan cara marah atau ngambek kepada guru. Guru tidak mau banyak urusan dengan anak, akhirnya guru memenuhi apa yang diinginkan anaknya. Maka dalam hal ini terjadi misskomunikasi.
}Kadang guru tidak konsisten. Misalnya ; guru mengatakan, “ Bila kalian tidak fokus, ustad /ustadzah akan berhenti menjelaskan / diam !”, Anak tidak juga fokus, tetapi ustad /ustadzah tidak juga diam /tetap menjelaskan. Disini guru tidak konsisten, akhirnya anak mempunyai kontrol yang lebih besar. 
Ungkapan-ungkapan misskomunikasi yang sering digunakan ortu saat anak ngambek, nangis atau marah :
}Sudah jangan ramai, nanti yang sudah selesai boleh bermain di luar kelas.
}Kalau kamu bagus, kamu akan mendapatkan hadiah dari ustadzah / ustad! dll 
Ungkapan itu dimaksudkan untuk menghindari permasalahan, namun komunikasi tersebut bukan komunikasi yang tepat dengan anak.
 
3. Model Perubahan Tingkah laku
}Model disiplin ini tercermin dari banyaknya campur tangan guru terhadap anak.
}Guru biasanya mengatur anak sampai hal-hal yang terkecil. Segala sesuatu yang diperlukan anak telah diatur oleh guru. Jadi anak secara total dikendalikan guru.
 
Penyebab :
}Guru takut kehilangan pengaruh
}Guru berpikir, anak tidak bisa melakukan sesuatu kecuali dengan mengarahkannya terus-menerus
}Guru menganggap bahwa anak tidak mampu/tidak bisa.
   Akibatnya :
}Anak tidak bisa mengembangkan dirinya
}Anak melakukan sesuatu bukan karena dorongan dalam dirinya, tetapi karena pengaruh guru.


Dalam mengarahkan anak, guru biasanya memberikan imbalan-imbalan :
“ Bila kamu melakukan ini, kamu akan mendapatkan ini”.
“ Bila kamu berhasil melakukan itu, kamu akan mendapatkan itu”. Dsb.
}Mungkin anak akan bersikap sopan dan baik bila menginginkan sesuatu. Atau mungkin akan bersikap sopan bila ada gurunya, sedangkan dibelakang gurunya sikap anak akan berubah lagi.
}Situasi ini tidak baik, karena jika berlanjut sampai dewasa, dia akan melakukan sesuatu bukan karena dorongan dalam diri, tapi karena pamrih.
4. Model Assertif 
}Dalam model disiplin ini, semua kontrol datangnya dari guru, guru takut kehilangan kontrolnya.
}Biasanya dilakukan dengan paksaan-paksaan, baik secara halus atau bila perlu dengan menggunakan kekerasan fisik atau campur tangan secara fisik.
Guru memaksakan suatu aturan kepada anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya, sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya.
Akibatnya :
}Anak tidak akan tahu apa-apa
}Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau keluarganya
}Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin ketakutan.
Situasi seperti ini mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu dengan tidak benar.
 
  Guru memaksakan suatu aturan kepada anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya, sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya.
Akibatnya :
}Anak tidak akan tahu apa-apa
}Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau keluarganya
}Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin ketakutan.
Situasi seperti ini mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu dengan tidak benar.
5. Model Disiplin Sosial 
}Dalam model ini, anak dikenalkan  dengan aturan-aturan. Guru memberikan penjelasan kepada anak tentang aturan-aturan dengan alasan-alasannnya, sehingga anak-anak mengetahui kenapa aturan itu harus dilaksanakan.
}Dalam menyampaikan aturan-aturan, guru melakukan komunikasi timbal-balik dengan anak.
}
}Guru memberikan contoh dan secara konsisten melaksanakan aturan-aturan yang telah disampaikan pada anak, sehingga anak mengetahui bahwa guru juga secara konsisten melaksanakan aturan itu.
Dalam model disiplin sosial ini:
}
}Aturan-aturan dilaksanakn secara konsisten, adil, dan bersma-sama antara guru dan anak. Pada akhirnya anak akan tahu bahwa aturan ini dilaksanakan untuk keamanan dirinya.
}Pengaruh atau kontrol guru dan anak sama besarnya, peran guru dalam hal ini adalah membimbing anak.
}Guru mengajak anak untuk mengontrol dirinya dan bukan guru yang selalu mengontrolnya.

Akibatnya :
 
   
}Anak memiliki kontrol diri yang baik
}Anak mempunyai kepercayaan diri
}Merasa sangat disayang dan diperhatikan orang tuanya
}Membuat anak menjadi kuat dan siap belajar

 
}Dalam disiplin sosial guru tidak boleh menyalahkan dan menjatuhkan mental anak.
}Tetapi guru lebih banyak mempertanyakan pada anak : “kenapa hal itu dilakukan ?”, Apa akibatnya bila hal itu dilakukan ?, dsb.
Dengan cara ini anak diajak untuk berfikir dan mengambil keputusan sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya.