Rabu, 02 Maret 2011

MODEL-MODEL DISIPLIN DALAM MENDIDIK ANAK



Didiklah anak-anakmu dengan baik,  karena mereka akan hidup bukan pada jaman kita sekarang ini. ( Al Hadist ) 

Menerapkan disiplin dalam mendidik anak di sekolah sangat tergantung kepada hubungan yang dilakukan guru terhadap anak. Bila hubungan yang dilakukan guru terhadap anak cukup baik, maka Insya Allah anak memiliki disiplin yang baik. Demikian sebaliknya, jika jalinan hubungan antara guru dan anak kurang baik, anak akan memiliki disiplin yang kurang baik
Model-Model Disiplin:
  1. Model serba membolehkan ( Permisif )
Penyebab guru melakukan disiplin model ini diantaranya karena : 
Guru merasa bersalah dan merasa tidak enak pada anak, hal ini disebabkan karena guru  merasa bukan anak sendiri atau ada ortu yang  lebih bertanggung jawab.
 
Ada ketidaksempurnaan pada anak, mungkin karena ayah meninggal, atau terjadi sesuatu yang salah pada anak (pola asuh), sehingga guru merasa tidak tega.

Perasaan bersalah atau tidak enak ini menyebabkan guru tidak memberikan peraturan-peraturan atau batasan-batasan kepada anak, karena dikhawatirkan peraturan itu akan memberatkan atau membebani anak.
Jika anak dididik dengan cara serba membolehkan, cenderung :
}Kurang memiliki rasa tanggung jawab
}Tidak mampu mengontrol emosinya
}Tidak mampu berkonsentrasi untuk belajar
}Sering menjadi pengganggu atau pengacau karena tidak mengenal aturan-aturan. 
}Kontrol anak lebih besar dibandingkan dengan guru, jadi guru bisa dengan mudah dikendalikan oleh anak.
 

2. Model Miskomunikasi
Mendidik anak dengan model misskomunikasi disebabkan oleh :
Guru tidak mau repot-repot berurusan dengan anak. Karena guru banyak tugas, sehingga ortu tidak dapat berhubungan dan berkomunikasi yang baik dengan anak. Akhirnya guru tidak peduli dengan anak, dan anak tidak mendapat perhatian.
 
Ada komunikasi tetapi komunikasi yang dilakukan dalam situasi negatif, sehingga guru tidak bisa berkomuniasi positif dengan anaknya.
 
Dalam mendidik anak dengan cara miskomunikasi ; ketika anak menginginkan sesuatu, anak memintanya dengan cara marah atau ngambek kepada guru. Guru tidak mau banyak urusan dengan anak, akhirnya guru memenuhi apa yang diinginkan anaknya. Maka dalam hal ini terjadi misskomunikasi.
}Kadang guru tidak konsisten. Misalnya ; guru mengatakan, “ Bila kalian tidak fokus, ustad /ustadzah akan berhenti menjelaskan / diam !”, Anak tidak juga fokus, tetapi ustad /ustadzah tidak juga diam /tetap menjelaskan. Disini guru tidak konsisten, akhirnya anak mempunyai kontrol yang lebih besar. 
Ungkapan-ungkapan misskomunikasi yang sering digunakan ortu saat anak ngambek, nangis atau marah :
}Sudah jangan ramai, nanti yang sudah selesai boleh bermain di luar kelas.
}Kalau kamu bagus, kamu akan mendapatkan hadiah dari ustadzah / ustad! dll 
Ungkapan itu dimaksudkan untuk menghindari permasalahan, namun komunikasi tersebut bukan komunikasi yang tepat dengan anak.
 
3. Model Perubahan Tingkah laku
}Model disiplin ini tercermin dari banyaknya campur tangan guru terhadap anak.
}Guru biasanya mengatur anak sampai hal-hal yang terkecil. Segala sesuatu yang diperlukan anak telah diatur oleh guru. Jadi anak secara total dikendalikan guru.
 
Penyebab :
}Guru takut kehilangan pengaruh
}Guru berpikir, anak tidak bisa melakukan sesuatu kecuali dengan mengarahkannya terus-menerus
}Guru menganggap bahwa anak tidak mampu/tidak bisa.
   Akibatnya :
}Anak tidak bisa mengembangkan dirinya
}Anak melakukan sesuatu bukan karena dorongan dalam dirinya, tetapi karena pengaruh guru.


Dalam mengarahkan anak, guru biasanya memberikan imbalan-imbalan :
“ Bila kamu melakukan ini, kamu akan mendapatkan ini”.
“ Bila kamu berhasil melakukan itu, kamu akan mendapatkan itu”. Dsb.
}Mungkin anak akan bersikap sopan dan baik bila menginginkan sesuatu. Atau mungkin akan bersikap sopan bila ada gurunya, sedangkan dibelakang gurunya sikap anak akan berubah lagi.
}Situasi ini tidak baik, karena jika berlanjut sampai dewasa, dia akan melakukan sesuatu bukan karena dorongan dalam diri, tapi karena pamrih.
4. Model Assertif 
}Dalam model disiplin ini, semua kontrol datangnya dari guru, guru takut kehilangan kontrolnya.
}Biasanya dilakukan dengan paksaan-paksaan, baik secara halus atau bila perlu dengan menggunakan kekerasan fisik atau campur tangan secara fisik.
Guru memaksakan suatu aturan kepada anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya, sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya.
Akibatnya :
}Anak tidak akan tahu apa-apa
}Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau keluarganya
}Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin ketakutan.
Situasi seperti ini mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu dengan tidak benar.
 
  Guru memaksakan suatu aturan kepada anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya, sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya.
Akibatnya :
}Anak tidak akan tahu apa-apa
}Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau keluarganya
}Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin ketakutan.
Situasi seperti ini mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu dengan tidak benar.
5. Model Disiplin Sosial 
}Dalam model ini, anak dikenalkan  dengan aturan-aturan. Guru memberikan penjelasan kepada anak tentang aturan-aturan dengan alasan-alasannnya, sehingga anak-anak mengetahui kenapa aturan itu harus dilaksanakan.
}Dalam menyampaikan aturan-aturan, guru melakukan komunikasi timbal-balik dengan anak.
}
}Guru memberikan contoh dan secara konsisten melaksanakan aturan-aturan yang telah disampaikan pada anak, sehingga anak mengetahui bahwa guru juga secara konsisten melaksanakan aturan itu.
Dalam model disiplin sosial ini:
}
}Aturan-aturan dilaksanakn secara konsisten, adil, dan bersma-sama antara guru dan anak. Pada akhirnya anak akan tahu bahwa aturan ini dilaksanakan untuk keamanan dirinya.
}Pengaruh atau kontrol guru dan anak sama besarnya, peran guru dalam hal ini adalah membimbing anak.
}Guru mengajak anak untuk mengontrol dirinya dan bukan guru yang selalu mengontrolnya.

Akibatnya :
 
   
}Anak memiliki kontrol diri yang baik
}Anak mempunyai kepercayaan diri
}Merasa sangat disayang dan diperhatikan orang tuanya
}Membuat anak menjadi kuat dan siap belajar

 
}Dalam disiplin sosial guru tidak boleh menyalahkan dan menjatuhkan mental anak.
}Tetapi guru lebih banyak mempertanyakan pada anak : “kenapa hal itu dilakukan ?”, Apa akibatnya bila hal itu dilakukan ?, dsb.
Dengan cara ini anak diajak untuk berfikir dan mengambil keputusan sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar atau memberi masukan, di sini!