"Kehidupan yang terlalui seperti telah terbagi dalam sebuah 3 fase kehidupan. Layaknya metamorfosis jiwa. Hanya bisa dilihat dengan hati dan pikiran, tak telanjang dalam mata yang kasat. Mungkin akan berlanjut, dalam fase yang tak tersebut"
Renungan menarik dalam sebuah perbincanganku dan suamiku di sudut kamar tinggal yang kami sewadengan harga yang relatif mencengangkan bila dibandingkan dengan harga sewa di daerah asalku. Lima bulan sudah kami menikah. Kata suamiku, ini adalah fase kehidupannya yang ketiga. Fase yang menuntut untuk lebih berjaga dan dewasa. Menjaga kehidupan dan keluarga.
Dahulu, suamiku bekerja untuk pekerjaan itu sendiri. Seorang pekerja keras yang amat mencintai pekerjaannya. Bahkan hampir tak kenal waktu. Bekerja dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 02.00 dini hari. Tak banyak angan untuk apa hasil jerihnya. Terkadang hanya untuk kesenangannya belaka. Ia bekerja karena senang, dan menggunakan hasilnya untuk kesenangan dengan naik gunung atau menikmati hari di tempat yang diingini Walau kadang tak ada sepeser uang, tak tahu apakah besok bisa makan, acuh tak acuhlah hatinya.
Sekarang sudah berbeda, katanya. Kehidupan setelah akad itu seperti melahirkan seseorang kembali. Seseorang dengan diri yang berbeda walau dalam wujud yang sama.
Mungkin itulah yang sering dikatakan oleh para orangtua. Menikah akan mendewasakan. (dan) mungkin juga inilah yang diinginkan oleh Allah, kenapa menikah itu hampir dikatakan wajib.
....mungkin....
Wallahu'alam