Apakah arti ibu di dalam rumah?
Ibu seperti nuansa. Ibu seperti iringan musik, alunan nada yang akan membawa gerak tubuh seisi rumah.
Ia seperti tokoh sentral keluarga. Walaupun pemimpinnya adalah laki-laki/bapak. Tetapi pembawa suasananya adalah wanita. Peran ibu.
Ia sosok penentu. Penentu arah kebijakan sehari-hari. Penentu langkah masa depan yang ditempuh. Penentu karakter yang akan yang akan mewarnai rutinitas keseharian.
Bayangkan, jika ibu adalah sosok yang ceria, dan menyenangkan. "Dunia rumah" akan seperti mentari pagi yang menyinari hangat, dipenuhi kokok ayam yang bersemangat.Kicauan burung yang riang gembira, dan pak tani berderap menuju lahannya.
Andaikan, ibu sosok yang 'labil' bagaikan sore yang berangin. Membawa dedaunan tak tentu arah. Burung-burung enggan mencicit. Ayam sungkan, walaupun sekedar mendi menikmati buliran-buliran pasir kering dengan santai.
Kamis, 26 Desember 2019
Selasa, 24 Desember 2019
tonggeret
nama; tonggeret [icadidae] [garengpung]
tgl; 12/24/2019
tempat di temukan; magelang, banjarnergoro, desa bayanan,
rt 6, rw 11, rumah pak purwanto dan bufitri, lantai dua
di dalam ember jemuran,
penulis; nirwasita mirza sayid
umur penulis; sembilan sampai sepuluh
tgl; 12/24/2019
tempat di temukan; magelang, banjarnergoro, desa bayanan,
rt 6, rw 11, rumah pak purwanto dan bufitri, lantai dua
di dalam ember jemuran,
penulis; nirwasita mirza sayid
umur penulis; sembilan sampai sepuluh
Kata DILARANG, Apakah Solutif?
Sudah menjadi jamak
dan sering kita jumpai, tentang himbauan masyarakat dengan menggunakan
kata DILARANG. Bahkan saking umumnya, kita sampai tidak merasakan ada sesuatu
yang ganjil di sana.
![]() |
Gambar dari : royalpool.co.id |
DILARANG MEMBUANG SAMPAH DI SUNGAI!
DILARANG MANCING DI SINI!
DILARANG MENGINJAK RUMPUT!
Sampai suatu masa,ketika kami mengontrak rumah di Godean,
kami mengalami permasalahan dengan tempat pembuangan sampah anorganik. Membuang
di TPS terdekat gak boleh, karena sudah masuk desa lain. Sedangkan di desa yang
kami tinggali nggak ada TPS nya. Di TPS pasar juga gak boleh.
TERNYATA…
Tulisan dari larangan DILARANG bla..blaa…blaaa… itu tidak
efektif. Menurutku, sebaiknya dituliskan dengan, “Silakan membuang sampah di
TPA xxx!”, “Silakan memancing di dekat kedai!”, atau Silakan lewat jalan
berbatu di sebelah selokan!”. Jadi, lebih SOLUTIF.Minggu, 22 Desember 2019
Belajar dan Belajar
Aku sudah belajar, sejak kecil. Sampai aku mempunyai 3 jagoan, masih saja belajarku tidak segera tuntas. Mendekati tuntas saja tidak! Sampai saat ini, aku gak tahu, kapan aku bisa tuntas belajar.
Selalu saja ada hal baru yang aku tak mengerti. Seperti memasuki ruang dengan berjuta pintu. Ketika aku membuka satu pintu, aku akan bertemu pintu lagi, lagi dan lagi.
Selalu saja ada hal baru yang aku tak mengerti. Seperti memasuki ruang dengan berjuta pintu. Ketika aku membuka satu pintu, aku akan bertemu pintu lagi, lagi dan lagi.
foto dari: yukpiknik.com |
Minggu, 22 September 2019
Bukit Rhema
Ini perjalanan yang tidak kami duga. Waktu di dasbor mobil menunjukkan pukul 11.30wib. Suamiku belum sarapan sebelumnya. Dia memintaku mencari tempat makan segera. Kemdian, kami menunjuk satu warung mie ayam yang berada di sekitaran kami.
Rencana, kami menunggu HP menunjukkan centang biru dua di salah satu pesan WA teman BNI Syariah. Kebetulan beberapa waktu yang lalu habis melahirkan. Kado sudah disiapkan. Tapi, kami gak tahu, di mana rumah yang akan kami kunjungi.
😅😅😅
Mie ayam di mangkok sudah habis. Es teh ludes. HP belum centang biru. 😓 Ya sudah, jalan dulu aja. Kebetulan, jalan di depan warung mie ayam sempit. Kami harus jalan lurus dulu, sembari mencari putaran untuk putar balik. Sambil mengamati area sekitar.
Agak aneh. 🤔🤔 Di sekitaran banyak bus-bus besar. Orang ziarah, pikirku. Langsung aku gmaps. Oh, kita berada di jalan Menoreh. Suamiku cukup terkejut mendengarnya. Akhirnya, kami putuskan jalan terus saja.
Jalan beberapa kali menanjak dan terus menanjak. Khawatir pun datang. Apakah ada jalan tembus, di atas sana. Buka Gmaps lagi. Serasa masih aman. Jalan mulai bertambah sempit.😖😖 Duh..
Papasan dengan Jeep. Lebih dari 10 jeep, dan kami harus menunggu di tanjakan. Karena jalan sulit untuk papasan. Kata rombongan, ada 18 jeep. Menunggu dalam tanjakan, serasa harus menahan nafas. Suami memegang rem tangan dengan seksama, sambil menunggu kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah kami memastikan kepada sopir Jeep bahwa ia adalah Jeep terakhir, kami melanjutkan perjalanan. Keberadaan Jeep memberikan tiga tanda sekaligus kepada kami. Tanda pertama, di atas sana ada tempat yang luas untuk kami memutar. Tanda ke dua, ada hal menarik di atas sana sehingga banyak jeep sampai di atas. Tanda ketiga, mobil macam kami akan kesulitan melewati jalan di depan. 😰😰 Kabar baik sekaligus kabar buruk.
Perjalanan berlanjut dan kami belum bisa memutar. Sampai tiba di pemukiman penduduk. Ada 1 SD, dan sisa-sisa kehidupan pasar pagi tadi. Menarik, pikirku. Aku meminta suamiku untuk parkir di depat SD. Aku ingin keliling sebentar. Seketika, kami berhamburan. Mencari hal menarik. Ternyata ini adalah bagian atas bukit. Kembali, buka gmaps yang lemoot. Gak ada sinyal.😔
Suami menghampiriku. Dekat sini ada Balkondes. Ayo ke sana, jalan kaki saja. Lumayan, 4 menit jalan kaki di turunan. Balkondes ini belum jadi, Sudah hampir 1 tahun ini. Namanya Balkondes Giripurno. Balkondes ini di desain untuk mengembangkan ekonomi desa di bidang peternakan kambing Etawa. Kambing Etawa adalah kambing yang menghasilkan banyak susu. Konsep balkondes ini nantinya ke arah produksi keju etawa. Data ini kami himpun dari penunggu proyek. Jeep tadi itu, mereka wisata pemerahan susu. Ok. Terjawab sudah.
Puas dengan keliling di puncak bukit, kini bersiap melanjutkan perjalanan. Biar gak salah, bertanya lagi lah. Lanjut, atau puter balik. Dari situ dijelaskan, kalo lanjut bisa sampai Gereja Ayam. 😱😱
Dan kami memutuskan lanjut.
Hingga kami sampai di sini.
Gimana gak bahagia???
Lanjut nanti ya, laper...
#bukitrhema
#gerejaayam
#rumahdoa
Rencana, kami menunggu HP menunjukkan centang biru dua di salah satu pesan WA teman BNI Syariah. Kebetulan beberapa waktu yang lalu habis melahirkan. Kado sudah disiapkan. Tapi, kami gak tahu, di mana rumah yang akan kami kunjungi.
😅😅😅
Mie ayam di mangkok sudah habis. Es teh ludes. HP belum centang biru. 😓 Ya sudah, jalan dulu aja. Kebetulan, jalan di depan warung mie ayam sempit. Kami harus jalan lurus dulu, sembari mencari putaran untuk putar balik. Sambil mengamati area sekitar.
Agak aneh. 🤔🤔 Di sekitaran banyak bus-bus besar. Orang ziarah, pikirku. Langsung aku gmaps. Oh, kita berada di jalan Menoreh. Suamiku cukup terkejut mendengarnya. Akhirnya, kami putuskan jalan terus saja.
Jalan beberapa kali menanjak dan terus menanjak. Khawatir pun datang. Apakah ada jalan tembus, di atas sana. Buka Gmaps lagi. Serasa masih aman. Jalan mulai bertambah sempit.😖😖 Duh..
Papasan dengan Jeep. Lebih dari 10 jeep, dan kami harus menunggu di tanjakan. Karena jalan sulit untuk papasan. Kata rombongan, ada 18 jeep. Menunggu dalam tanjakan, serasa harus menahan nafas. Suami memegang rem tangan dengan seksama, sambil menunggu kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah kami memastikan kepada sopir Jeep bahwa ia adalah Jeep terakhir, kami melanjutkan perjalanan. Keberadaan Jeep memberikan tiga tanda sekaligus kepada kami. Tanda pertama, di atas sana ada tempat yang luas untuk kami memutar. Tanda ke dua, ada hal menarik di atas sana sehingga banyak jeep sampai di atas. Tanda ketiga, mobil macam kami akan kesulitan melewati jalan di depan. 😰😰 Kabar baik sekaligus kabar buruk.
Perjalanan berlanjut dan kami belum bisa memutar. Sampai tiba di pemukiman penduduk. Ada 1 SD, dan sisa-sisa kehidupan pasar pagi tadi. Menarik, pikirku. Aku meminta suamiku untuk parkir di depat SD. Aku ingin keliling sebentar. Seketika, kami berhamburan. Mencari hal menarik. Ternyata ini adalah bagian atas bukit. Kembali, buka gmaps yang lemoot. Gak ada sinyal.😔
Suami menghampiriku. Dekat sini ada Balkondes. Ayo ke sana, jalan kaki saja. Lumayan, 4 menit jalan kaki di turunan. Balkondes ini belum jadi, Sudah hampir 1 tahun ini. Namanya Balkondes Giripurno. Balkondes ini di desain untuk mengembangkan ekonomi desa di bidang peternakan kambing Etawa. Kambing Etawa adalah kambing yang menghasilkan banyak susu. Konsep balkondes ini nantinya ke arah produksi keju etawa. Data ini kami himpun dari penunggu proyek. Jeep tadi itu, mereka wisata pemerahan susu. Ok. Terjawab sudah.
Puas dengan keliling di puncak bukit, kini bersiap melanjutkan perjalanan. Biar gak salah, bertanya lagi lah. Lanjut, atau puter balik. Dari situ dijelaskan, kalo lanjut bisa sampai Gereja Ayam. 😱😱
Dan kami memutuskan lanjut.
Hingga kami sampai di sini.
Gimana gak bahagia???
Lanjut nanti ya, laper...
#bukitrhema
#gerejaayam
#rumahdoa
Minggu, 14 April 2019
Wawancara di Kantor Kecamatan
Aku pergi ke Kantor Kecamatan. Aku pergi ke sana bersama seluruh anggota keluarga. Aku mendapatkan beberapa data. Nama ibu Kepala Bagian Kesra yang bernama Endarwati. Ada kurang lebih 100.000 orang di kecamatan ini yang terdiri dari 12 desa. Nama pak camatnya Wisnu Harjanto. Yang memilih pak camat adalah Bapak Bupati, dengan SK Bupati.











Wawancara dengan Pak Lurah
Langganan:
Postingan (Atom)