Minggu, 22 September 2019

Bukit Rhema

Ini perjalanan yang tidak kami duga. Waktu di dasbor mobil menunjukkan pukul 11.30wib. Suamiku belum sarapan sebelumnya. Dia memintaku mencari tempat makan segera. Kemdian, kami menunjuk satu warung mie ayam yang berada di sekitaran kami.

Rencana, kami menunggu HP menunjukkan centang biru dua di salah satu pesan WA teman BNI Syariah. Kebetulan beberapa waktu yang lalu habis melahirkan. Kado sudah disiapkan. Tapi, kami gak tahu, di mana rumah yang akan kami kunjungi.
πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

Mie ayam di mangkok sudah habis. Es teh ludes. HP belum centang biru. πŸ˜“ Ya sudah, jalan dulu aja. Kebetulan, jalan di depan warung mie ayam sempit. Kami harus jalan lurus dulu, sembari mencari putaran untuk putar balik. Sambil mengamati area sekitar.

Agak aneh. πŸ€”πŸ€” Di sekitaran banyak bus-bus besar. Orang ziarah, pikirku. Langsung aku gmaps. Oh, kita berada di jalan Menoreh. Suamiku cukup terkejut mendengarnya. Akhirnya, kami putuskan jalan terus saja.

Jalan beberapa kali menanjak dan terus menanjak. Khawatir pun datang. Apakah ada jalan tembus, di atas sana. Buka Gmaps lagi. Serasa masih aman. Jalan mulai bertambah sempit.πŸ˜–πŸ˜– Duh..
Papasan dengan Jeep. Lebih dari 10 jeep, dan kami harus menunggu di tanjakan. Karena jalan sulit untuk papasan. Kata rombongan, ada 18 jeep. Menunggu dalam tanjakan, serasa harus menahan nafas. Suami memegang rem tangan dengan seksama, sambil menunggu kesempatan untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah kami memastikan kepada sopir Jeep bahwa ia adalah Jeep terakhir, kami melanjutkan perjalanan. Keberadaan Jeep memberikan tiga tanda sekaligus kepada kami. Tanda pertama, di atas sana ada tempat yang luas untuk kami memutar. Tanda ke dua, ada hal menarik di atas sana sehingga banyak jeep sampai di atas. Tanda ketiga, mobil macam kami akan kesulitan melewati jalan di depan. 😰😰 Kabar baik sekaligus kabar buruk.

Perjalanan berlanjut dan kami belum bisa memutar. Sampai tiba di pemukiman penduduk. Ada 1 SD, dan sisa-sisa kehidupan pasar pagi tadi. Menarik, pikirku. Aku meminta suamiku untuk parkir di depat SD. Aku ingin keliling sebentar. Seketika, kami berhamburan. Mencari hal menarik. Ternyata ini adalah bagian atas bukit. Kembali, buka gmaps yang lemoot. Gak ada sinyal.πŸ˜”

Suami menghampiriku. Dekat sini ada Balkondes. Ayo ke sana, jalan kaki saja. Lumayan, 4 menit jalan kaki di turunan.  Balkondes ini belum jadi, Sudah hampir 1 tahun ini.  Namanya Balkondes Giripurno. Balkondes ini di desain untuk mengembangkan ekonomi desa di bidang peternakan kambing Etawa. Kambing Etawa adalah kambing yang menghasilkan banyak susu. Konsep balkondes ini nantinya ke arah produksi keju etawa. Data ini kami himpun dari penunggu proyek. Jeep tadi itu, mereka wisata pemerahan susu. Ok. Terjawab sudah.

Puas dengan keliling di puncak bukit, kini bersiap melanjutkan perjalanan. Biar gak salah, bertanya lagi lah. Lanjut, atau puter balik. Dari situ dijelaskan, kalo lanjut bisa sampai Gereja Ayam. 😱😱
Dan kami memutuskan lanjut.
Hingga kami sampai di sini.
Gimana gak bahagia???
Lanjut nanti ya, laper...

#bukitrhema
#gerejaayam
#rumahdoa



Minggu, 14 April 2019

Wawancara di Kantor Kecamatan

Aku pergi ke Kantor Kecamatan. Aku pergi ke sana bersama seluruh anggota keluarga. Aku mendapatkan beberapa data. Nama ibu Kepala Bagian Kesra yang bernama Endarwati. Ada kurang lebih 100.000 orang di kecamatan ini yang terdiri dari 12 desa. Nama pak camatnya Wisnu Harjanto. Yang  memilih pak  camat adalah Bapak Bupati, dengan SK Bupati.

Wawancara dengan Pak Lurah

Aku pergi ke Kantor Kelurahan. Aku mendapatkan beberapa data.
Nama Kepala Desanya Hamid Badjuri. 
Di kelurahan ini ada 19 RW dengan jumlah warga kurang lebih 11.000 orang yang terbagi menjadi
18 dusun. 
Nama Pak Lurahnya Hamid Badjuri. Yang memilih Pak Lurah adalah warga lingkungan.

Wawancara Pak RW

Jarak dari rumahku ke rumah Pak RW sama dengan jarak rumahku ke rumah Pak Kadus. Aku mendapatkan beberapa data.
Nama Pak RW Apri Zaeladi.
Di RW ini ada 6 RT.
Tugas ketua RW adalah menjaga kerukunan warga. 
Beliau sudah sejak 2014 menjadi Ketua RW.
Sebelumnya adalah Almarhum Bapak Suparno.
Tiap lima tahun pemilihannya.

  
 

Sabtu, 13 April 2019

Perjalanan dan Wawancara ke Rumah Pak Kadus


Ini yang dimaksud terowongan (rerimbunan dari tanaman)😁
Pada tanggal 10 April 2019, aku berjalan menyebrangi jalan raya, karena rumahku dan rumah Pak Kadus jaraknya lumayan jauh. Tetapi itu tidak menjadi soal. Karena, jalan ke rumah Pak Kadus harus melewati terowongan seperti goa. Goa itu bentuknya sangat bagus. 
 πŸ˜€ini pemandangan ketika memasuki goa tanaman

Saat tersesat
  

Saat pertama kali ke rumah Pak Kadus, bersama adikku (Zeroun) dan ayahku, kami tersesat sampai dusun lain. Setelah itu, kami bertanya kepada seseorang di dusun kami. Kemudian orang itu menunjukkan bahwa rumah Pak Kadus bukanlah di situ. Dia menjelaskan arah ke rumah Pak Kadus. 
Setelah itu, aku jadi tahu, kalau mau ke rumah Pak Kadus harus menaiki tanjakan yang lumayan curam. 

Rumah Pak Kadus sudah nampak

Sesampainya di rumah Pak Kadus, aku sangat bersemangat, ingin menyelesaikan tantangan ini. eh pak kadus sedang tidak ada jadi aku tidur siang dulu. 
setelah sholat asar  aku dan seluruh anggota keluarga 
pergi ke pak kadus. izzul bersemanat zeroun juga bersemangat menuju goa itu 
sesampainya disana kami bersalaman. aku mendapatkan beberapa data bahwa di dusun bayanan ada 6RT 1RW tugas wakil kepala desa. sebelumya pak yoyok.


[awal cerita, Mirza yang bercerita, bunda menuliskan]
[selanjutnya murni Mirza yang menulis sendiri tanpa kami edit]

Wawancara kepada Pak RT

Aku ke rumah Pak RT yang bernama Eko Priyo. Aku bertanya di RT ini ada berapa keluarga? Pak Eko Priyo menjawab, "Ada 34 keluarga".
Aku bertanya lagi dan lagi.
Apa tugas ketua RT? Menyampaikan yang disampaikan Pak Lurah kepada warga. Pak Eko Priyo menjawab lagi dan lagi.
Sejak kapan menjadi ketua RT? Sejak tahun 2012.
Sebelumnya siapa? Almarhum Bapak Sapari.
Siapa yang memilih ketua RT? Dari warga.
Setiap berapa tahun pemilihannya? Lima tahun sekali.
Aku merasa tantangan kali ini sangat mudah. Aku merasa senang.


[Mirza bercerita, bunda menuliskan]
Tantangan T1.1

Jumat, 12 April 2019

Charlotte Mason

Ini, adalah hasil belajar saya yang kemudian saya narasikan ulang. 

Setiap Kamis minggu pertama dan ketiga, kami belajar bersama di Konco Sinau CM Yogyakarta.

Buku 1 Pengantar
Buku CM ditulis setelah PD1 berakhir. CM mengamati, ada 2 golongan, yaitu golongan yang berangkat berperang dan yang memilih di rumah. CM mengamati, kemenangan Inggris dalam PD1 dilahirkan dari sekolah yang melahirkan rakyat yang sangat berani. Ia kemudian berfikir, kenapa ada yang bebal dan tinggal di rumah saja (tidak memiliki dorongan untuk bermurah hati). Adakah yang keliru dalam pendidikannya?

Pendidikan bukan suatu fakultas yang harus dikembangkan